Masroor Library – Jemaat Ahmadiyah Indonesia wilayah Kalimantan Tengah II, Minggu (14/3) mengadakan peringatan peristiwa Isra Mi’raj Nabi Besar Muhammad SAW. Acara yang dilaksanakan pada waktu Ba’da Maghrib 18.30 WIB ini diikuti oleh 3 kabupaten yang tergabung dalam wilayah Kalimantan Tengah II yaitu Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Sruyan dan Kabupaten Kotawaringin Barat.
Mengingat dalam masa pandemi covid-19 ,JAI Kalimantan Tengah (baca; Kalteng) II mengabil inisiatif untuk melaksanakan acara peringatan Isra Miraj secara Virtual. Hal ini unutk menjaga untuk tetap melaksanakan protokol kesehatan yaitu menghindari kerumunan dan untuk terus menciptakan atau mengupayakan memutus mata rantai pemyebaran covid 1-19.
Acara yang dipandu oleh Mubalig Seruyan Mln. Agung Rachmatullah ini dikuti tidak kurang dari 19 peserta yang terbagi dari tiga kabupaten yang sudah disebutkan di atas yang terdiri dari Anshar Khudanm dan LI. Acara pertama sebagai pembuka dibawakan oleh Mln. Budi Rahman selaku mubalig wilayah Kalteng II dengan membacakan doa pembuka, sedangkan acara ke dua yaitu Tilawah atau pembacaan ayat-ayat suci Alquran yang dibawakan oleh Bapak Ismail Firdaus,dan dilanjutkan dengan pembacaan Nazm oleh Ibu Asri.
Pada acara inti yaitu penyampaian materi tentang Isra Mi’raj dibawakan oleh Mln. Musa Saiful Islam sebagai pembicara pertama. Dalam uaraiannya belaiu menyampaikan beberapa poin tengtang Isra Mi’raj yang dialami Nabi Besar Muhammad SAw, diantaranya bahwa Isra Mi’raj adalah dua peristiwa yang berbeda waktu. [baca: Isra Mi’raj Dua Peristiwa Berbeda Waktu]
“Peristiwa Mi’raj terjadi pada tahun ke 5 setelah wahyu pertama, sedangkan peristiwa Mi’raj terjadi pada tahun ke 11 atau tahun ke 12 wahyu pertama. Jadi ada selisih waktu 6 atau 7 tahun, dan adapun pemahaman yang tidak tepat adalah menganggap kejadian Isra Mi’raj adalah satu rangkaian,” jelas Mln. Musa Saiful Islam.
Secara detail, Mln. Musa Saiful Islam yang juga adik dari Mln. Isa Mujahid Islam ini juga mengupas secara detail tentang peristiwa Mi’raj,
“Mi’raj terjadi setidaknya 2 kali, yaitu pertama: tidak lama setelah kenabian (permulaan Islam) dimana disyariatkan Shalat Fardu 5 waktu, karena tidak ada satupun tahun yang kosong dari shalat Fardu setelah awal mula Islam. Ini juga sesuai dengan An-Najm: 14, kedua: Mi’raj pada tahun ke-5 setelah kenabian dengan bukti turunnya surat An-Najm dan Riwayat sejarah,” terang mubalig yang saat ini ditugaskan di Jemaat Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat.
Pada Pembicara ke dua yang dibawakan oleh Mln Budi Rahman sebagai Mubalig Wilayah Kalteng II hanya memberikan uraian ringan seputar Isra Mi’raj, karena materi lengkapnya sudah dibawakan oleh pembicara sebelumnya.
“Secara bahasa tidak masalah, Isra Mi’raj atau Mi’raj Isra, karena dalam Bahasa Indonesiapun ada istilah pulang pergi, yang seharusnya pergi pulang,” ungkapnya membuka pembicaraan kedua ini.
Setelaj dirasa cukup dalam memyampaikan materi, sesi tanya jawab dan tegur sapa sesama anggota dilangsungkan juga. Walaupun bagaimana, sesama saudara seiman ada rasa rindu untuk saling bertegur sapa walau hanya lewat virtual. Hal ini disebabkan belum memungkinkan untuk bertatap muka langsung guna mentaati protokol kesehatan dimasa pandemi seperti sekarang ini.
Tepat pukul 20.00 WIB acara ditutup dengan pembacaan doa oleh Mln. Budi Rahman. []
Related Posts
Jemaat Ahmadiyah Cibinong Adakan Kelas Waqf-E-Nou
Ansharullah Ahmadiyah Indonesia Adakan Ijtima Nasional 2024
Bekali Public Speaking dan Personal Building | Hadirkan Mentor dari Celebes Public Speaking
DPD Jemaat Ahmadiyah Bogor Hadiri FGD Setara Institute
Kunjungan Pendeta Ony ke Pusat Jemaat Ahmadiyah Indonesia
No Responses