Isei, Kisei, dan Nisei di Papua Sebagai Modal Utama Asimilasi Tablig Budaya

Isei, Kisei,  dan Nisei di Papua Sebagai Modal Utama Asimilasi Tablig Budaya
"Salah satu modal utama Pertabligan di Tanah Papua adalah --yang dalam istilah di Jepang dikenal sebagai--Isei, Kisei dan Nisei. Modal internal yang harus dimiliki oleh setiap Ahmadi yang ada di Papua Barat untuk mengembangkan Jemaat berdasarkan potensi alaminya."

Masroor Library.Com – Setiba di dalam KM Gunung Dempo, empat Mubaligin di Daerah Papua Barat melakukan semacam penetrasi kepada para penumpang di dek 2, kamar sebelah kiri samping tangga. Mereka adalah para penumpang yang akan turun di Pelabuhan Nabire. Artinya, ada sekitar 16 jam waktu bersama dalam perjalanan.

Berdasarkan informasi awal (profiling) dari dua Mubalig yang naik dari Kota Sorong, yaitu Mln. Ahmad Hayat Heriyanto dan Mln. Hamidin, penumpang yang di lokasi ini terdiri dari seorang pensiunan tentara, para transmigran dari Bojonegoro, Jawa Timur dan lainnya.

Selain yang datang sebagai transmigran, ada juga anak-anak mereka yang lahir di Nabire. Agak sulit mendeskripsikan mereka dalam istilah disini. Tetapi Mubalig Daerah Papua Barat memiliki istilah khusus yang diperoleh saat mengulik sejarah Perang Dunia II khususnya bagaimana Amerika memanfaatkan warga negaranya untuk melakukan sabotase di Jepang.

Mengapa missi Amerika itu berhasil mulus dan sukses? Bahkan Jepang sampai kehilangan beberapa kapal lautnya! Jawabannya ternyata, warga negara Amerika yang lahir di Jepang atau memiliki orang tua Jepang atau dibesarkan di Jepang, merekalah yang mendukung kesuksesan tersebut.

Modal Amerika dalam Perang Dunia II

Dalam catatan Perang Dunia II alias Perang Pasifik atau “Theatre of Pacifik”, kita mengenal beberapa strategi yang dipergunakan oleh Sekutu. Komandan Pasukan Sekutu (Allied Forces) atau ABDA yaitu Jenderal Douglas MacArthur telah menggunakan taktik “lompat kodok” (leapfrog).

Taktik ini telah berhasil membuat Jepang kalang kabut dalam Perang Dunia II. Pangkalan udara Jepang di Hollandia (Jayapura), di Biak dan Numfor serta di Bintuni dan sekitarnya termasuk Manokwari dan Ransiki dihujani serangan bertubi-tubi baik dari udara maupun laut. Sebanyak 350 pesawat tempur Jepang mengalami rusak parah dan tidak bisa difungsikan lagi.

Strategi itu begitu efektifnya, sehingga akhirnya Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Meski sebagian kecil tentara Jepang tetap bergerilya dari hutan-hutan, akhirnya mereka menyerah juga. Benar ada beberapa prajurit Jepang yang tinggal di hutan sampai puluhan tahun kemudian dan seolah tidak mengetahui perkembangan dan perubahan dunia.

Strategi lain yang tidak kalah pentingnya adalah memanfaatkan warga negara Amerika yang terkait dengan Jepang. Tanpa disadari, mereka menjadi bagian dari pasukan Amerika, tetapi tidak terungkap saat itu. Jepang menyangka bahwa mereka adalah warganya sendiri, yang setia pada tanah airnya.

Ada tiga kelompok warga Jepang yang terkait dan memiliki hubungan dengan Amerika. Mereka inilah yang dikenal sebagai isei, Kisei dan Nisei. Lalu, siapa saja yang termasuk ke dalam tiga kelompok itu?

Mengenal Isei, Kisei dan Nisei

Isei, adalah orang Amerika yang lahir di Jepang. Kisei, adalah orang Amerika yang memiliki orang tua Jepang. Sedangkan Nisei adalah orang Amerika yang dibesarkan di Jepang.

Ketiga kelompok orang Amerika ini secara tampilan dan status seperti orang Jepang. Tetapi ternyata secara nasionalisme, mereka tetap mendukung Amerika. Dengan banyaknya jumlah mereka, maka ini menjadi potensi bagi Amerika.

Ternyata, ketiga kelompok ini ada dalam militer Jepang. Sebagian di pasukan marinir, sebagian di pasukan penerbang dan lainnya menjadi prajurit biasa. Ketiganya tidak terpantau oleh kempetai Jepang sehingga mereka dapat melakukan upaya sabotase.

Tercatat dalam sejarah, empat pilot penyerang Jepang dan beberapa pesawatnya membelot kepada Sekutu. Jepang kehilangan beberapa pesawat tempur dan juga kapal perang atau kapal selam. Sungguh peristiwa yang sangat menyakitkan bagi Jepang!

Isei, Kisei dan  Nisei di Jemaat Papua Barat

Bila dalam Perang Dunia II ada istilah Isei, Kisei dan Nisei, maka hakikat dari istilah ini sebenarnya dapat diterapkan untuk menyebut kondisi yang sama seperti yang ada di Papua.

Isei, itu juga dimaksudkan untuk orang Jawa atau Bugis atau Buton atau Sunda yang lahir di Papua. Kisei, adalah mereka yang memiliki orang tua Papua. Sedangkan, Nisei adalah mereka yang dibesarkan di Papua.

Dari ketiga kelompok ini, Jemaat di Papua Barat dapat diklasifikasikan seperti itu. Ada yang lahir di Papua, ada yang memiliki orang tua Papua dan ada juga yang hanya dibesarkan di Papua.

Pemberdayaan Potensi itu untuk Pengembangan Jemaat

Bila potensi Isei, Kisei dan Nisei juga dimanfaatkan untuk pengembangan Jemaat di Papua Barat, dipastikan akan sangat kuat. Banyak anak Ahmadi yang lahir di Papua Barat. Banyak juga yang memiliki orang tua Papua. Bahkan, lebih banyak lagi yang hanya dibesarkan di Papua.

Potensi itu akan dapat dikembangkan hanya bila pembinaan dapat berjalan dengan baik dan terukur. Anak Ahmadi yang lahir di Papua harus memperoleh pemahaman bahwa mereka itu unik. Mereka memiliki potensi untuk mewarnai teman-teman Papuanya.

Begitu juga Ahmadi yang memiliki orang tua Papua, baik secara hubungan darah (genealogi) atau sekedar orang tua piara, makan hendaknya dapat diberikan pemahaman bahwa mereka juga unik. Mereka dapat merangkul orang tua mereka untuk tetap teguh di Jemaat (bila sudah baiat). Atau, supaya mereka dapat menerima kebenaran Jemaat.

Dan, terakhir adalah bagi mereka yang meski hanya dibesarkan di Papua –tidak lahir di Papua dan tidak memiliki orang tua Papua– tetap juga sangat unik. Mereka berada di Tanah Papua karena takdir Tuhan dan untuk tujuan pengembangan Jemaat ke depannya. Takdir itu telah tergores dalam catatan Tuhan, apa hakikat tujuan mereka kini berada di Tanah Papua. []

Catatan:

Selesai ditulis pada Jumat (20/5) malam pkl. 20:10 WIT di atas KM Gunung Dempo sesaat sebelum tiba di Pelabuhan Wasior, Kab. Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat.

Disusun oleh:
Mln. Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat

Tags:

No Responses

Tinggalkan Balasan