Masroor Library – Manokwari, Papua Barat [28/5]. Nama aslinya Syarifuddin, tetapi orang-orang di Pulau Mansinam memanggilnya dengan sebutan Udin. Dari segi nama, kelihatannya beliau seorang Muslim, dan dari suku Sunda. Tetapi mengapa beliau ada di Pulau Mansinam? Ataukah beliau memang orang asli Papua asal Pulau Mansinam yang kebetulan beragama Islam dan bernama Syarifuddin?
Teka-teki ini dijawab sendiri oleh Syarifuddin alias Udin tersebut saat Mubalig Daerah Papua Barat berbincang dengannya mengenai Pantai Horepyar dan Pantai Manggewa di Pulau Mansinam. Ternyata, lelaki dengan kalung berwarna kuning di leher itu sudah sekitar 20 tahun tinggal di Pulau Mansinam.
“Orang tua saya tiba di Irian Jaya sebagai transmigran pada 1986. Lokasi pertama di daerah SP 7 alias Masni. Tetapi pada tahun 2002, saya pindah ke Pulau Mansinam ini. Saya diangkat anak oleh keluarga Bapak Daniel Rumbrawer,” papar lelaki itu sambil menyebutkan bahwa asalnya dari Cikeusik, Pandeglang, Banten.
Nama yang disebutkan oleh Udin adalah seorang Ketua Dewan Adat di Pulau Mansinam. Pada 22 Agustus 2020 lalu, Mubalig Daerah Papua Barat telah berjumpa dengan peminat sejarah Pekabaran Injil di Pulau Mansinam tersebut di rumah yang bersangkutan. Sayangnya, Daniel Rumbrawer telah meninggal setahun lalu, 2021.
Mubalig Daerah Papua Barat kembali mengunjungi Pulau Mansinam bersama peserta Ijtima Perdana MKAI & MAAI Daerah Papua Barat. Agenda hari kedua adalah melakukan cross-country alias tadabur alam. Situs sejarah di Pulau Mansinam menjadi tujuannya. Selain patung Yesus, gereja tua “Lahai Roi” dan tugu pendaratan Ottow-Geissler juga menjadi lokasi yang dikunjungi.
Pagi tadi, peserta Ijtima Daerah Papua Barat juga telah mengunjungi Kantor Gubernur Provinsi Papua Barat. Disana mereka melakukan foto bersama di bawah tugu Kasuari dan di depan Kantor Gubernur Provinsi Papua Barat. Ini merupakan momen yang sangat langka bagi mereka yang berasal dari luar Manokwari. Oleh sebab itu kesempatan itu tidak disia-siakan oleh peserta.
Selama hampir satu jam, mereka berada di Pulau Mansinam sebelum melanjutkan kegiatan di Pantai Pasir Putih. Dengan menggunakan jasa perahu yang dinahkodai oleh Boas Rumbruren, rombongan pun menikmati pemandangan Teluk Doreri yang airnya berwarna biru itu. Di dasar laut itu, ada enam buah kapal yang karam. Salah satunya dikenal sebagai Pillbox Wreck Ship, yaitu kapal pengangkut amunisi Jepang pada masa Perang Dunia II.
Ini tidak mengherankan karena Pulau Mansinam pernah menjadi lokasi pertahanan Jepang saat menghadapi Sekutu atau ABDA. Tidak mengherankan pula apabila di Pulau Mansinam saat ini masih ditemukan bungker atau pillbox Jepang yang posisinya di tepi pantai. Selain di Pantai Horepyar dan Pantai Manggewa, di dekat lokasi pendaratan Penginjil-Tukang Ottow-Geissler juga bisa dijumpai pillbox tersebut.
Selama satu jam lebih, peserta Ijtima Perdana MKAI & MAAI Daerah Papua Barat juga berada di Pantai Pasir Putih. Sepak bola gawang mini, menjadi salah satu pertandingan yang dilaksanakan disana. Setelah itu beberapa peserta mulai menikmati kesejukan air laut dengan berenang di pantainya. Untuk mengganjal perut saat waktu makan siang tiba, gado-gado lontong, bakso dan mie ayam menjadi menu yang biasa dibeli disana.
Setelah itu, rombongan pun kembali ke lokasi Ijtima. Untuk acara malam, akan dilakukan api unggun atau bakar ikan. Mubalig Daerah Papua Barat telah mengundang beberapa kolega agar bisa hadir dalam acara itu. Mereka di antaranya Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan Ketua Ikatan Mahasiswa Tambrauw (IMT) Kota Pelajar Manokwari. []
Disusun oleh:
Mln. Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat
Related Posts
Waqf-E-Nou Parents Day Sukses Digelar di Masjid Mahmudah Gondrong Tangerang
Jemaat Ahmadiyah Cibinong Adakan Kelas Waqf-E-Nou
Ansharullah Ahmadiyah Indonesia Adakan Ijtima Nasional 2024
Bekali Public Speaking dan Personal Building | Hadirkan Mentor dari Celebes Public Speaking
DPD Jemaat Ahmadiyah Bogor Hadiri FGD Setara Institute
No Responses