Berjumpa dengan Keponakan PWNU Papua | Vano Wanggai Akui Kemampuan Etnografi Mubda

Berjumpa dengan Keponakan PWNU Papua | Vano Wanggai Akui Kemampuan Etnografi Mubda
"Bagi Bapak tidak ada yang sulit untuk mengetahui hubungan keluarga tiap suku di Papua. Contohnya tadi Suku Abun di Pantai Tambrauw, Bapak sangat menguasai sekali nama-nama marga itu."

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Staf Dinas Perhubungan Provinsi Papua Barat itu pun tiba. Jarak dari kantornya ke lokasi pertemuan memang tidak terlalu jauh dan hanya sekitar 300 meteran saja. Meski awalnya masih kaku karena baru pertama bertemu, tetapi akhirnya pertemuan itu menjadi cair. Mantan mahasiswa Prof. Yohanes Surya itu kelihatan heran karena Mubalig Daerah Papua Barat selalu dapat mengimbangi alur pembicaraannya.

Selama satu jam lebih, perbincangan membahas berbagai hal. Mulai dari pengalaman masa pendidikan hingga situasi sosial dan politik di Papua Barat.

“Sejak lama saya tertarik ingin mengetahui pertemuan antara Islam dan Papua. Apakah Islam memang lebih dahulu masuk ke Tanah Papua ataukah Kristen?” katanya sambil menyampaikan bahwa pernah menanyakan hal itu juga kepada pamannya, Dr. Toni Wanggai.

“Menurut catatan, Islam lebih dulu masuk ke Tanah Papua sekitar 25 tahun sebelum Ottow dan Geisler menebar benih Kekristenan di Pulau Mansinam. Artinya sekitar tahun 1825 sudah ada Muslim di Tanah Papua. Tetapi mereka bukan melulu untuk tujuan dakwah, melainkan ekonomi dan perdagangan,” papar Mubalig Daerah Papua Barat yang telah dikenal sebagai Pakar Sejarah Islam Maluku, Papua dan Papua Barat tersebut.

Menurut Vano, fakta-fakta seperti ini jarang diketahui oleh masyarakat Papua. Sehingga upaya untuk memberikan penjelasan ilmiah seperti ini perlu dilakukan agar terjadi saling menghormati.

“Tidak boleh terjadi konflik karena agama seperti di Ambon, Maluku. Kita yang saat itu melihat pengungsi dari Maluku sangat iba. Padahal mereka adalah samua basudara,” tegas Vano seolah mengingat peristiwa tahun 1998-1999 itu.

Sebelum kembali ke kantornya di Dinas Perhubungan Provinsi Papua Barat, keduanya kemudian melakukan foto bersama. Mubalig Daerah Papua Barat juga menghadiahkan buku “Sumbangsih Ahmadiyah bagi Negeri” dan buku “Krisis Dunia dan Jalan Menuju Perdamaian”. Setelah itu, Vano lebih dulu meninggalkan lokasi pertemuan. Apalagi telah dikabari bahwa di depan kantornya sedang ada aktivitas demo. []

Disusun oleh:
Mln. Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat

Tags:

No Responses

Tinggalkan Balasan