Masroor Library – Kota Ambon, Maluku [27/12=2021]. Dalam rangka alih status dari Institut menjadi Universitas, Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) IAIN Ambon, Maluku menyelenggarakan Seminar Internasional bertema “Jejak-jejak Tokoh Muslim Maluku dalam Perjuangan dan Pembangunan Peradaban Islam di Maluku, Indonesia” pada Senin (27/12) pukul 09:00-16:00 WIT bertempat di Aula Rektorat Lt. III.
Seminar Internasional ini menghadirkan dua orang keynote speaker, yakni Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A., C.B.E. (Guru Besar Sejarah dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) dan Prof. Dr. Mus J. Huliselan, M.Hum. (Guru Besar Antropologi Universitas Pattimura Ambon, Maluku). Keduanya menyampaikan paparan setelah acara dibuka dengan Tilawat Ayat Suci Al-Qur’an, Menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan Sambutan Rektor.
Sedang untuk narasumber, didaulat tiga nama yang merupakan Pakar Manuskrip (Filolog & Kodikolog) serta Kurator Museum. Mereka adalah Prof. Dr. Oman Fathurrahman, M.Hum. (Guru Besar Filologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), Dr. Wim Manuhutu (mantan Kurator Museum Maluku di Utrecht, Belanda) dan Dr. R.A. Muhammad Jumaan, D.D. (Direktur Centre for the Study of the Islamic Manuscripts and Philology Maluku yang juga Mubalig Daerah Papua Barat).
Baik kedua keynote speaker maupun narasumber, sepakat dan melihat, bahwa untuk nama UIN Ambon nantinya yang lebih memenuhi hasil kajian akademis adalah nama Imam Rijali. Bahkan, Prof. Azyumardi, Prof. Huliselan, Prof. Oman, Dr. Wim dan Dr. Jumaan memberikan argumentasi dan kriteria untuk alasan tersebut.
Secara Filologi, misalnya, Prof. Oman menyatakan bahwa sosok itu haruslah bersifat asy-yakh (paling tua naskahnya) dan paling lengkap isinya (azhar wa akmal). “Selain itu substansi juga perlu diperhatikan terkait historisitas dan marketable dalam hubungan secara lokal, regional dan internasional ke depannya.”
Sedangkan dari pihak penanggap utama mewakili keturunan sosok tokoh yang diperbincangkan, hadir Muhammad Kamil Mony, S.H. (cicit Abdoel Moethalib Sangadji), Dr. Adam Latuconsina, M.Si. (peneliti sosok Maulana Zainal Abidin di Rohomoni), Imam Masjid Tua Wapauwe Kaitetu dan Bapak Raja Kaitetu serta Tokoh Adat dari Hila dan Kaitetu (mewakili keturunan Imam Rijali) dan M. Noer Payapo (peneliti Huamual/Kapitan Jongker).
Dr. Saidin Ernas, M.Si. sebagai moderator juga beberapa kali menyatakan perlunya semacam lembaga untuk keperluan memperluas kajian Sejarah dan Manuskrip tersebut. “Pusat Studi Islam dan Peradaban (PSIP) bisa menjadi teman dari lembaga ARMC di LPM IAIN Ambon sehingga lebih lengkap lagi.”
Acara yang berlangsung selama tujuh jam itu berjalan lancar dan dihadiri sekitar 500 peserta (200 hadirin di aula, 130 via Zoom dan selebihnya melalui kanal YouTube). Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Beberapa tamu undangan juga diminta memberikan tanggapan. Misalnya Ketua MUI Provinsi Maluku Dr. Abdullah Latuapo dan Wakilnya serta undangan lainnya.
Bagi Mubalig Daerah Papua Barat sendiri ini merupakan suatu pengakuan nyata dari pihak luar bahwa kualitasnya sudah disamakan dengan para Guru Besar dari kampus-kampus terkenal. Selain itu, bila nama Imam Rijali –atau nama siapapun dari keempat sosok tokoh Muslim Maluku tersebut– nanti jadi disematkan sebagai nama UIN Ambon, maka disana akan dikenang bahwa salah satu pembahasnya adalah seorang Ahmadi. []
Disusun oleh:
Mln. Dr. Rakeeman R.A.M. Jumaan
Mubalig Daerah Papua Barat
Related Posts
Waqf-E-Nou Parents Day Sukses Digelar di Masjid Mahmudah Gondrong Tangerang
Jemaat Ahmadiyah Cibinong Adakan Kelas Waqf-E-Nou
Ansharullah Ahmadiyah Indonesia Adakan Ijtima Nasional 2024
Bekali Public Speaking dan Personal Building | Hadirkan Mentor dari Celebes Public Speaking
DPD Jemaat Ahmadiyah Bogor Hadiri FGD Setara Institute
No Responses