Masroor Library – Pada 23 Juli 2023 sehabis shalat Zhuhur di aula pertemuan dalam lingkungan Masjid Fadhli Umar di Kotabaru, Yogyakarta berkunjung sejumlah total 30 orang yang terdiri dari 24 (dua puluh empat) peserta dari kalangan mahasiswa di lingkungan Universitas Islam Indonesia, sejumlah dosen dan pengurus Sekolah Hak Manusia Manusia Intensif yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Hak Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia (PUSHAM UII) Yogyakarta bekerjasama dengan Rektorat Universitas Islam Indonesia. Dimana salah satu kegiatannya adalah berupa kunjungan belajar ke beberapa lembaga sebagai media pembelajaran bagi mahasiswa lintas bidang keilmuan terkait isu hak asasi manusia serta memberikan pengalaman bagi mahasiswa lintas bidang keilmuan untuk berkenalan dan berinteraksi dengan kelompok-kelompok berbasis agama dan/atau kepercayaan.
Sesi kunjungan belajar merupakan salah satu bagian dari kegiatan Sekolah HAM Intensif dari Pusat Studi Hak Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia. Salah satu designnya adalah kunjungan ke komunitas Ahmadiyah Yogyakarta. Tujuan dari kunjungan ini adalah:
1. Sebagai media pembelajaran bagi mahasiswa lintas bidang keilmuan terkait isu hak asasi manusia, terutama terkait keberagaman;
2. Untuk memberikan pengalaman bagi mahasiswa lintas bidang keilmuan untuk berkenalan dan berinteraksi dengan kelompok-kelompok berbasis agama dan/atau kepercayaan. Untuk itu, narasumber dari Pimpinan Ahmadiyah Yogyakarta diharapkan dapat memberikan materi diskusi antara lain – namun tidak terbatas pada – pengalaman-pengalaman atau dinamika organisasi/gerakan Ahmadiyah hingga hari ini.
Kunjungan mereka sendiri didahului oleh surat permohonan izin kepada pimpinan Jemaat Ahmadiyah Yogyakarta pada 17 Juli 2023 dan tentunya diizinkan pimpinan JAI wilayah Jogjakarta. Eko Riyadi, S.H., M.H. yang merupakan Direktur PUSHAM UII tampak memimpin rombongan ini. Sesuai rencana, mereka berkunjung pada Minggu 23 Juli 2023 dan diusahakan berlangsung acara antara pukul 13.30 hingga 15.40 (130 menit). Alhamdulillah, acara berlangsung sesuai rencana.
Pihak penyambut dan pemateri dari pihak Jemaat Yogyakarta ialah Bpk. Sugiyarno, Ketua Jemaat Ahmadiyah kota Yogyakarta; Muballigh daerah DIY, Mln. Murtiyono Yusuf; Sabiq Muballgh Mln. Nanang Sanusi dan Mln. Dildaar Ahmad Dartono, Muballigh lokal Piyungan. Para personel pendukung acara dari pihak Jemaat Yogyakarta ialah Dokter Hari (wakil ketua), Bpk. Seno (pengurus Ansarullah), Bpk. Dodi, Bpk. Kamal dan beberapa personel lainnya.
Acara dimulai dengan sambutan dan pengantar dari Ketua Jemaat Yogyakarta. Selanjutnya, pemateri oleh Mln. Nanang Sanusi yang membahas perihal Ahmadiyah seperti sejarah, kepemimpinannya dan keorganisasian. Setelah selesai acara dilanjutkan dengan tanya-jawab yang sesekali Mubda DIY memberikan tambahan penjelasannya. Setelah itu, Eko Riyadi, S.H., M.H. Direktur PUSHAM UII kembali menyampaikan berbagai hal perihal institusinya yang berisi ragam penganut kepercayaan termasuk adanya dosen UII yang Ahmadi. Acara diakhiri dengan foto-foto bersama setelah pemberian hadiah buku-buku dari pihak Jemaat Yogyakarta.
Beberapa pertanyaan dari pihak mahasiswa sekolah HAM yang sempat kami catat ialah sebagai berikut:
[1] status kaum wanita dalam sudut pandang Jemaat Ahmadiyah;
[2] dinamika orang-orang Aahmadi di luar indonesia, apakah sama mengalami persekusi dst;
[3] Banyak aliran dalam islam seperti Muhammadiyah, NU dan lain-lain. Konflik karena masyarakat saling mengkafirkan terjadi dalam umat Muslim;
[4] Apakah dari pihak JAI ada pihak yang melakukan perlawanan terhadap tindakan pelanggaran HAM terhadapnya dan adakah dalam Ahmadiyah lembaga pemantau kasus HAM;
[5] cara Jemaat Ahmadiyah bertindak ketika mengalami diskriminasi khususnya bila pelaku dari kalangan umat Islam sendiri;
[6] persekusi dan diskriminasi yang terjadi dan perilaku orang-orang yang tidak senang terhadap pihak Ahmadiyah serta cara pihak Ahmadiyah sendiri untuk penyadaran masyarakat.
Beberapa komentar sambutan dari Direktur PUSHAM yang sempat kami catat ialah sebagai berikut:
“Latar belakang konflik bernarasi khas-khas keagamaan seringkali ialah politik, bukan agama seperti kasus-kasus yang kami temukan. Sebagai contoh di sebuah daerah ternyata kekalahan pilkada berakibat persekusi dengan narasi agama padahal pelaku dan korban masih satu partai.”
“…persekusi terhadap Ahmadiyah di jaman kepresidenan SBY lebih intensif terjadi dibandingkan di jaman kepresidenan Jokowi. Memang persekusi terhadap Ahmadiyah tetap ada di jaman Jokowi…”
Reporter;
Mln. Dildar AD
Editor;
Mln. Murtiyono Yusuf Ismail
Related Posts
Waqf-E-Nou Parents Day Sukses Digelar di Masjid Mahmudah Gondrong Tangerang
Jemaat Ahmadiyah Cibinong Adakan Kelas Waqf-E-Nou
Ansharullah Ahmadiyah Indonesia Adakan Ijtima Nasional 2024
Bekali Public Speaking dan Personal Building | Hadirkan Mentor dari Celebes Public Speaking
DPD Jemaat Ahmadiyah Bogor Hadiri FGD Setara Institute
No Responses