Wasiat Bugis: Tanda-Tanda Akhir Zaman Dan Turunnya To Pute Innong Kinnongnge

Wasiat Bugis: Tanda-Tanda Akhir Zaman Dan Turunnya To Pute Innong Kinnongnge
Kunjungan Hadhrat Mirza Tahir Ahmad Khalifatul Masih IV tahun 2000

Ada Pesan Orang Tua-Tua Mulia dahulu berkata:

Engka matu sitempo namarusa linoE

Ada nanti suatu waktu rusaklah dunia

Maksudnya, waktu itu adalah keadaan di akhir zaman, sebagaimana dinubuwatkan dalam Alquran dan Hadits. Di zaman itu akan terjadi berbagai macam kerusakan moral dan akhlaq manusia yang membawa akibat kepada kerusakan kehidupan manusia itu sendiri dan kerusakan lingkungannya (Kenyataannya, tanda ini sudah terjadi),

Sianre baale tauwe

Manusia berkelakuan seperti ikan memakan anaknya sendiri

Maksudnya orang yang diberi kepercayaan melaksanakan amanat rakyat justru amanat itu dimanfaatkan untuk kepentingan sendiri atau golongannya, manusia yang kuat atau punya kekuasaan akan memangsa yang lemah (Kenyataannya, tanda ini sudah terjadi, seperti praktek KKN yang merugikan masyarakat dan negara),

Aga nalari saisa tauwe massobbu ri aleE naekiya rianrei ri macangnge

Kemudian lari sebagian manusia bersembunyi di hutan kemudian dimakan oleh macan

Maksudnya sebagian orang mencari perlindungan hukum justru menjad mangsa para penegak hukum (Kenyataannya, tanda ini sudah terjadi, seperti antara lain salah satu Ketua Mahkamah Konstitusi korupsi sehingga dipenjara, begitu juga sudah dua orang Menteri di Depag mengalami nasib yang sama),

Saisa luppe noo ri saloE ri tikkengngi ri buayaE

Sebagian melompat kebawah sungai ditangkap buaya

Maksudnya sebagian masyarakat mencari hidup dengan berniaga (sebab air adalah sumber kehidupan), justru dimangsa oleh lintah darat atau system kapitalis (Kenyataannya di zaman ini, perekonomian dikuasai oleh rentenir atau kapitalis mulai skala kecil sampai skala besar. Masyarakat tani tinggal keringatnya, pedagang tinggal utangnya, sebab hasil panen dan keuntungan dagang habis untuk bayar bunga pinjaman kepada rentenir dan yang dia dapat hanya sekedar penyambung nyawa. Perekonomian negara pun terbebani dengan utang dari Bank Dunia milik Yahudi).

Engka lari mempee ripong ajuE ri ampalui ri ulaae

Ada yang lari naik pohon kayu dibelit oleh ular

Maksudnya, ada yang ikut berjuang ke bidang politik, justru dililit oleh politikus. (Kenyataannya, masyarakat yang ikut dalam bidang politik, terperangkap dan menjadi mangsa dari politikus yang haus harta dan tahta).

Dee gaga wedding salama sangadinna tau mallinrungnge ri padang lellingnge (ritana esoE)

Tidak ada yang selamat kecuali orang yang berlindung di padang yang terang (di tanah lapang)

Maksudnya, tidak ada yang selamat dari kerusakan itu, kecuali orang yang bersikap terus terang, terbuka dan jujur sesuai ajaran agama Islam yang hakiki, karena
di semua bidang kehidupan baik hukum dan ekonomi maupun bidang social-politik semuanya sudah rusak.

Maccinaong ri daun lellupangnge

Bernaung di daun lelupang

Maksudnya melindungi diri dibawah naungan nilai-nilai keagamaan yang saat itu
sudah hampir hilang sebagaimana telah dinubuwatkan dalam sabda Rasulullah saw.
“Islam tinggal namanya dan Al-Qur’an tinggal tulisan saja.” Namun pengamalan
ajaran agama Islam yang hakiki itu dapat menjadi obat penangkal kerusakan sebagaimana daun Lelupang itu sejenis lempuyang yang berguna untuk obat luka,

Makkatenning ri cinaguriE (cangaduriE)

Berpegang pada cinaguri

Maksudnya berpegang teguh pada ajaran agama dengan istiqamah yang menyelamatkan dari kerusakan moral. Canagori disimbolkan di sini untuk dipegang, sebab pohon itu walaupun hanya perdu (kecil, pendek, lembek), akan tetapi sangat kuat dan alot batangnya sehingga sangat sulit diputus atau dipatahkan dan akarnya sangat sulit dicabut serta pohon ini berguna sebagai obat.

Dee areha tau mulle mallinrung ri tana esoE sangaddinna TO PUTE INNONG KINNONGNGE iyyatoonaro wedding salaama narekko pooleni lempe daraE

Tidak ada manusia bisa berlindung di tanah lapang kecuali To Pute Innong Kinnongnge demikianlah bisa selamat ketika datang banjir darah

Maksudnya tidak ada manusia yang bisa berlindung dengan tegak berdiri diatas kejujuran dan keadilan pada zaman kerusakan itu, kecuali To Pute Innong Kinnongnge, Orang Putih Terang Tembus Berkilau-kilauan yang mempunyai daya pensucian atau quat qudsiyah. Orang itu adalah Al Masih Isa bin Maryam a.s. Yang Dijanjikan akan turun di akhir zaman, yang dalam Hadits Sunan Abu Daud 4/117 dan Musnad Ahmad 2/457 disebut berkulit “Putih” yang bisa selamat dan menyelamatkan dalam zaman banjir darah karena penuh dengan berbagai bencana, peperangan, konflik antar suku dan antar bangsa, wabah, bencana alam, dll. ). Al Masih, artinya membersihkan dari kekotoran dosa-dosa atau kerusakan moral dan akhlaq.

Teganakkuwa riyaseng To Pute Innong Kinnongnge mallinrung ritana esoE iyyanaritu tau patuwoi aju mate, papucui takke aju marakkoE

Dimana yang dimaksud To Pute Innong Kinnong berlindung di tanah lapang, inilah manusia menghidupkan kayu mati, membikin pucuk cabang kayu yang kering

Maksudnya To pute Innong Kinnongnge atau Al Masih Isa ibnu Maryam Yang Dijanjikan itu menghidupkan lagi ruh agama yang telah mati dan menegakkan lagi syari’at yang telah roboh, seperti disiplin ibadah, kejujuran dan keadilan, berakhlaq mulia serta amal saleh. Beliau dapat mewujudkan hal itu dengan ilmu hakikat dan ilmu hikmah yang diajarkan langsung oleh Allah Swt melalui wahyu, yaitu ilmu-ilmu yang tersirat dari kandungan syari’at Alqur’an suci (Surah Al-Jum’ah ayat 4/Ayat Bismillahirrahmanirrahim dihitung sebagai ayat 1).

Nigana kuwaE? Eppai buwangenna: Sewwani ulaa; maduwanna Bukkang; matellu Dowang (Loppa); maeppana Rupa tau

Siapakah itu? Empat jenisnya: Pertama ular; keduanya kepiting; ketiga udang,
keempatnya Rupa manusia

Maksudnya,orang-orang yang dihidupkan lagi ruh agamanya itu adalah para politikus, orang yang bersikap mendua, orang berotak udang dan orang yang hanya pengakuannya saja sebagai manusia yang benar sedang kelakuannya tidak.

Iyyanaro Pute Innong Kinnongnge mulle patakkongngi pasorong pessinna
tana-ugi. Karana maruusai adeE ri tana-ugi

Inilah Pute Innong Kinnongnge dapat mendirikan petunjuk kebaikannya tanah Bugis. Karena rusak adat di tanah bugis

Maksudnya, To Pute Innong Kinnongnge atau Al Masih Isa bin Maryam Yang Dianjikan itulah yang akan dapat memperbaiki moral kehidupan orang-orang Bugis dan manusia seluruhnya, karena moral mereka yang sudah rusak.

Narekko macaweni compa To Pute Innong Kinnongnge, ri jii-jini piitu kadeera
ri tana lapangnge, narisuro pabbanuwaE, orowane makkunrai, mappile; niiga
ma-Elo najello mancaji arung

Jika dekat-dekat kelihatan To Pute Innong Kinnongnge, dijejer tujuh kursi di tanah
lapang, kemudian disuruh satu-satu golongan manusia di dunia baik perempuan
maupun laki-laki memilih siapa yang mau ditunjuk menjadi raja atau Arung

Maksudnya, jika tanda-tanda kedatangan To Pute Innong Kinnongnge atau Al Masih Isa bin Maryam Yang Dijanjikan sudah tampak, maka seluruh masyrakat sudah siap dengan harapannya mendapatkan dan memilih pemimpin yang mereka dambakan
untuk memperbaiki moral dan akhlaq yang sudah rusak (Tujuh adalah simbol dari
semuanya, dan Kursi adalah simbol dari singgasana pemimpin).

Iyyanaritu mancaji: Mangkau ri Bone, mancaji Somba ri Gowa; mancaji Pajung
ri Luwu; mancaji Datu ri Soppeng; mancaji Matowa ri Wajo, mancaji Addatuang ri Sidenreng, Rilainnaetoopa paimeng. Naiyya pituE kadeera ennemmi engka taunna tuudang, seddi kadeera koosong nasaba deei taunna tuudang

Inilah menjadi Mangkau di Bone, menjadi Somba di Gowa, menjadi Pajung di Luwu,bmenjadi Datu di Soppeng, menjadi Matowa di Wajo, menjadi Adatuang di Sidenreng, dan lain-lain. Yang dimaksud tujuh kursi bisa ada orangnya duduk. Satu kursi kosong, sebab tidak ada yang menduduki

Maksudnya, para pemimpin itu sesuai dambaan mereka, yaitu pemimpin yang jujur dan adil sebagaimana yang pernah turun (Tu Manurung) di masa lampau yang memperbaiki mereka dari kerusakan dan silang-sengketa antara satu kelompok atau golongan dengan kelompok atau golongan lainnya. Mereka ini terdiri dari enam
kelompok dan mendapatkan pemimpinnya masing-masing, yaitu Mangkau di Bone,
Somba di Gowa, Pajung di Luwu, Datu di Soppeng, Matowa di Wajo, Addatuang di
Sidenreng dan yang lainnya. Kursi ketujuh (artinya kursi tertinggi untuk jabatan
termulya, masih kosong tidak ada yang mendudukinya).

Majeppu kadera kosongnge tudangenna To Pute Innong Kinnongnge (Mallinrungnge ri tana-esoE)

Yakin kursi yang kosong itu tempat duduknya To Pute Innong Kinnongnge yang bersembunyi di tanah lapang

Maksudnya, Yakin kursi yang kosong itu tempat duduknya To Pute Innong Kinnongnge, yaitu Orang Putih Bersih Berkilau-kilauan, Orang Putih Bersih Luar Dalam, Orang Suci lahir bathin, Orang Suci yang memiliki Quwat Qudsiyah, Orang Suci yang mempunyai daya mensucikan orang lain, yang dalam bahasa Arabnya disebut Al Masih. Orang itu adalah Al Masih Isa bin Maryam Yang Dijanjikan turun di akhir zaman.

Narekko macaweni compa Tomallinrungnge ri tana-esoE (ri tajangnge), ri
ebburangngi bola loppo maEloE naonroi maddeppungeng mattudangeng massijowa matti narekko mellebbanni teddunna

Kemudian jika dekat muncul orang yang berlindung di tanah lapang dibikin rumahbesar yang mau didiami berkumpul duduk-duduk musyawarah nanti jika merata payung

Maksudnya, jika sudah dekat munculnya orang itu, maka akan dibuat rumah besar/bola loppo atau Markas untuk tempat kumpul dan musyawarah guna kebangkitan kembali moral Islam jika sudah merata orang yang terayomi atau menerima hidayah yang dibawa oleh Al Masih Isa bin Maryam a.s.

Al Masih Isa bin Maryam Yang Dijanjikan itu tiada lain melainkan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad A.s., pendiri Jamaah Muslim Ahmadiyah Internasional sebagai Jamaah Islam universal untuk seluruh dunia di akhir zaman ini. Bola loppo atau markas-markas penyebaran Islam itu telah dan sedang terus dibangun oleh Jamaah Ahmadiyah di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Jamaah ini telah tersebar di 209 negara (pada tahun 2016), sedang di Indonesia sudah tersebar di seluruh Propinsi, termasuk di Tanah Bugis.

Karena Hdh. Mirza Ghulam Ahmad a.s. Sebagai To Pute Innongng Kinnongnge telah wafat (tahun 1908 M), maka wujud yang akan datang ke Bugis itu nanti adalah Khalifahnya (Khalifah yang sekarang sedang berlangsung adalah Khalifah V, Hdh. Mirza Masroor Ahmad Atba.) yang melanjutkan perjuangan Jemaat Ahmadiyah untuk memenangkan Islam diatas semua agama lainnya di seluruh dunia.

(Pappasengngewe saisa ri uki poole ri lontara nataroE Muhammad Japar Daeng Pawello anana Imappa Daeng Mawelle anana Lam annu Daeng Mallejja, poole ri Kawerang Cina tanah Bone. Ri lembai ri Pulo Kijang Inderagiri tgl 7 -8-1971. Engkato ri lemba poole ri biritta Televisi Stasiun Ujungpandang wenninna,Kamisi, (Rabu-malam), tanggala 14-2-1984 ri bolana Bp. Umareng ri Jl. Temmalate Perumnas Ujungpandang. Saisa riuki poole ri ada Tomatowa biasaE mabbicara pappaseng ri Lateppa, ri Watampone, ri Pulau Kijang, ri Danai (Riau). Tau mukienggi: Mohammad Tahir Ahmad)

(Pesan-pesan ini sebagian tertulis dari Lontara yang disimpan Muhammad Japar Daeng Pawello anaknya Imappa Daeng Mawelle cucunya Lamannu Daeng Malejja dari Kawerang Cina Bone. Disalin di pulau Kijang Indragiri tanggal 7-8-1971. Ada juga disalin dari berita televisi Ujungpandang Kamis (Rabu malam) tanggal 14-2-1984 dirumahnya Bp Umar di Jl. Temmalate Perumnas Ujungpandang. Sebagian ditulis dari kata Orang Tua yang biasa berbicara wasiat di Lateppa di Watampone, di pulau Kijang, di Danai (Riau). Orang yang menulis ini Muhammad Taher Ahmad)

Catatan dari Penulis:

Tulisan dalam bahasa Bugis di atas dikutip dari Buku “Sejumput Nubuwah Orang Tua” Bugis, oleh Muhammad Tahir Ahmad, Bone; Cetakan Pertama, Mei 1993. Lalu pada tanggal 26 Januari 2009 bahasa Bugis itu dibantu diterjemahkan leterleknya kedalam bahasa Indonesia oleh Bapak Daeng Muhayan, Bone, di Kampus Mubarak, Bogor. Penulis kemudian memberi penjelasan maksud dari wasiat sebisanya sesuai dengan pemahaman dari terjemahan leterlek itu.

Jauh sebelumnya, ketika Penulis bersilaturrahim dengan Ketua Lembaga Adat dan Raja Bone, Bp Andi Mappasissi Petta Awangpone tahun 1999 di Istananya di kota Bone, Sulawesi Selatan dan menyampaikan wasiat Bugis tentang akan datangnya To Pute Innong Kinnongnge, beliau berkomentar bahwa dalam waktu belum lama berselang, masyarakat Bugis sampai dari Maluku dan daerah-daerah lain datang bertanya, kapan datangnya To Pute Innong Kinnongnge itu, sebabtanda-tandanya sudah zahir. Bapak Andi Mappasissi menjawab kepada mereka,

Saya tidak tahu kapan datangnya, tapi datangnya itu pasti, mungkin hari ini, mungkin besok, mungkin tahun depan, mungkin seratus tahun lagi, tapi yang jelas pasti datang, tunggu saja

Penulis memberitahu Bapak Andi Mappasissi, bahwa wujud itu sudah datang. Beliau balik bertanya, “Apa berkulit putih? Penulis menjawab, Iya berkulit putih. Beliau bertanya lagi, apa bukan orang bule? Penulis menjawab, iya bukan orang bule. Namun Penulis memesan kepada beliau, supaya mempelajari dan meneliti sampai haqul-yakin dahulu sebelum menerima, sebab sebagai Ketua Lembaga Adat Bone, setiap sikap dan ucapan beliau akan dinilai oleh masyarakat. Sebelum Penulis pamit, beliau menjelaskan bahwa wasiat leluhur itu harus dipatuhi, sebab barangsiapa yang melanggarnya maka nasibnya akan seperti telur yang dicampakkan dan pecah tak bisa kembali utuh serta menjadi busuk.

Pada bulan Juni 2000, Penulis menelpon beliau untuk bisa datang ke Jakarta karena To Pute Innong Kinnongnge telah turun di Jakarta. Belaiu lalu berangkat naik pesawat terbang, bertemu Khalifah IV Jemaat Ahmadiyah Internasional, Hdh. Mirza Taher Ahmad (Rh.a), di Kampus Mubarak, Bogor, tanggal 1 Juli 2000. Tanggal 2 Juli, Penulis bertanya kepada beliau, apa itu orangnya? Beliau menjawab, yakin itu orangnya, dada saya dipegangnya dan seluruh badan saya bergetar! Penulis bertanya lebih lanjut, apa sudah menyaksikan kulitnya putih? Belaiu menjawab, iya kulitnya putih bersih. Penulis mengomentari, apalagi yang tersirat di dalamnya tentu putih bersih berkilau-kilauan (Innong kinnongnge).

Penulis menyampaikan bahwa waktu zaman dahulu ketika turun Tumanurung, ada perjanjian antara Tumanurung dengan raja dan masyarakat yang harus ditanda-tangani yang disebut ADE atau dalam bahasa Arabnya disebut Bai’at. Beliau bilang, itu harus ditanda tangani, maka beliau menanda-tangani Surat Bai’at itu di panggung Jalsah Salanah (Pertemuan Tahunan) Jemaat Ahmadiyah Indonesia dan dibubuhi tanda tangan oleh Amir Nasional, Bapak Kol. Lius Ma’ala sebagai saksi.

Setelah itu banyak orang-orang Bugis di berbagai daerah yang karena mendapat penjelasan dari wasiat leluhurnya ini kemudian bai’at masuk ke dalam Jamaah Ahmadiyah.

Jika masyarakat Bugis dimana-mana sudah menerima To Pute InnongKinnongnge atau Jemaat Ahmadiyah yang didirikannya sesuai Pappasenna To Matowae, maka sesuai Pappasenna To Matowae pula, Insya Allah Ta’ala, Khalifah Ahmadiyah
Internasional akan datang lagi ke Indonesia dan bahkan akan datang ke Tanah Bugis, duduk bersama para pemimpin suku-suku Bugis (Bone, Gowa, Luwu, Soppeng, Wajo, Sidenreng dan lainnya) membawa reformasi Islam sejati dan kebangkitan besar Islam di Indonesia.

WASIAT GOWA

Pada tahun 2006, Bapak Andi Kumala, Raja-Muda Gowa menceritakan wasiat Leluhur Gowa, sebagai berikut:

Apabila kota Makassar telah menyatu dengan Gowa, maka itulah tanda akhir zaman
dan turunnya orang yang dijanjikan.

Sudah menjadi kenyataan, saat ini antara kota Makassar dengan Gowa sudah tidak ada tanah kosong yang memisahkannya seperti masa lampau. Tanah-tanah kosong pemisah itu dulu, saat ini sudah penuh dengan bangunan.

Tiada pemisah, semuanya sudah menyatu di zaman ini. Karena perkembangan teknologi, dunia pun telah menjadi kecil, hanya selebar daun kelor. Orang telah terbang sampai ke bulan dan dunia terlihat dari sana hanya sebesar bola. Orang-orang berbicara dan saling melihat tiada lagi pembatas, hanya di dalam benda kecil, TV dan HP. Langit dan bumi menjadi saksi, bahwa sekarang sudah akhir zaman. Dan akibat perkembangan teknologi pula, wajah manusia menghadap kepada kegemerlapan dunia dan berlomba tanpa kendali, menghadap Tuhan menjadi dalam keterburuan. Akibatnya telah terjadi kerusakan di mana-mana. Para orang tua tidak lagi bisa mengawasi generasi mudanya model dahulu. Pengaruh dajjal telah masuk ke dapur dan ke dalam kamar sekalipun, seperti kendaraan tanpa rambu-rambu dan tanpa rem. Dalam keadaan kebingungan seperti itu, Tuhan menurunkan To Pute Innong Kinnongnge sebagai terang dunia, supaya kegelapan berganti dengan terang benderang, supaya kerusakan direformasi dan direnovasi kembali.

Raja Muda Gowa telah menyampaikan wasiat leluhurnya pada Pertemuan Tahunan Jemaat Ahmadiyah Indonesia tahun 2004 di Kampus Mubarak, Bogor. Dan hadir bersamanya, Bapak Andi Mappasissi Petta Awangpone (Raja Bone/Ketua Lembaga Adat Bone) yang telah bai’at menjadi pengikut To Pute Innong Kinnongnge persis di pertengahan tahun 2000 (Tanggal 2 Juli) di Kampus Mubarak Bogor, Bapak H. Abdullah (Raja Jailolo yang merangkap sebagai Raja Ternate) yang telah bai’at tahun 2004, juga hadir Bapak H. Tosin S.H. (Sekretaris Keroton Cirebon). Dalam Wasiat Keraton Kasepuhan Cirebon, To Pute Innong Kinnongnge itu dijuluki Syaik Gagak Lumajang datang ke Cirebon menjadi tokoh kebangkitan Islam di Indonesia. Dalam Wasiat Keraton Kanoman Cirebon, wujud itu dijuluki Ratu Adil Imam Mahdi, tahun 2.000 turun menuntut kemenangannya, supaya kita semua jangan ada yang ketinggal harus ikut semua kepada Ratu Adil Imam Mahdi itu. Semua wasiat itu telah terwujud sesuai persis dengan bunyi wasiat, tidak meleset sedikitpun dalam kenyataannya.

WASIAT LUWU

Hari Senin, 29 Agustus 2016, Mln. Adi Suhadi menelpon Bapak Andi Baso Lolo Basan (Macoa Wage Adat 12 Kedatuan Luwu) di Istana Datu Luwu memohon untuk mengirim wasiat Luwu via SMS . Setelah datang SMS dari Luwu sore hari itu, lalu Penulis menelepon beliau. Intinya, Penulis berterima kasih atas kiriman wasiat Luwu, semoga menjadi petunjuk bagi masyarakat, khususnya masyarakat Bugis dan semoga di suatu saat akan bisa ada pertemuan bersama. Wasiat itu dalam bahasa Luwu dan artinya dalam bahasa Indonesia langsung dari Bapak Andi Baso Lolo Basan, Penulis ketik sebagai berikut:

Maniong manorang orai alau
Mangngolo mabboko limpona
Ware tanra asseddingeng
Mallebu bulo mallebu rilaleng
Mallebu risaliweng mallebu ittello
Ittelloe mincaji ulau
Ulaue mincaji anak asaweang
Panccapurenna.

Artinya:

Selatan, Utara, menghadap atau membelakangi WARE,
Adalah ibu kota Luwu yang menyatukannya atau
Menghimpun semua wilayah yang ada di Luwu,
Tanda Luwu itu satu bulat seperti bambu bulat
Di dalam bulat diluar bulat seperti telur
Di dalam telur ada embrio yang akan menjadi anak
Dan akan berkembang kemudian.

Penjelasan:

Dari keterangan tambahan Mln Adi, makna wasiat ini lebih kurangnya sebagai berikut.

Pada suatu saat, daerah Ware berkembang menjadi Ware Utara, Ware Selatan dan Ware itu sendiri. Ware menjadi ibukotanya (yaitu kota Palopo) yang menyatukan dan menghimpun semua wilayah yang ada di Luwu. Tanda Luwu itu satu bulat seperti bambu bulat, di dal am bulat di luar bulat seperti telur. Di dalam telur ada embrio yang akan menjadi anak dan akan berkembang kemudian.

Maksud dari bahasa simbolis ini, lebih kurangnya adalah bahwa Luwu Raya yang dahulu berupa sebuah kerajaan yang berlandaskan Tauhid yang utuh dalam sebuah tatanan yang tegak atas kejujuran dan keadilan (satu bulat seperti bulatnya bambu yaitu bulat di dalamnya dan bulat di luarnya),

Pada suatu masa akan kembali menjadi sebuah tatanan masyarakat yang berlandaskan tauhid yang menjunjung kembali kejujuran dan keadilan,

Tumbuhnya dari embrio awwalin sebagai teladan yang keteladanannya bersumber
dari gizi ilmu-ilmu rohani murni tanpa kontaminasi sebagai karunia yang turun langsung dari Tuhan (Bagai embrio tumbuh dalam telur) dan selanjutnya akan tumbuh berkembang mengikuti keteladanan dari para awwalin (Telur dikeluarkan
dengan sangat hati-hati supaya tidak pecah lalu menetas menjadi ayam yang akan tumbuh menjadi besar).

Reformasi kembali ini akan dimulai, setelah muncul tanda bahwa WARE di apit oleh Ware Utara dan Ware Selatan dan sesuai namanya akan menjadi pusat persatuan yang kuat atau Ibukota bagi Luwu. Itulah sekarang ibukota Palopo. Tanda itu sekarang sudah muncul menjadi kenyataan. Tiang- tiang Keraton Luwu dari Babunta sebagai Keraton Luwu Semula, sekarang telah diboyong ke Palopo. Oleh karena itu saat ini adalah masa awal reformasi masyarakat Luwu yang bertauhid dalam tatanan yang jujur dan adil, menuju Luwu Raya yang adil dan makmur.

Reformasi itu dibawa oleh To Pute Innong Kinnongnge (orang yang putih luar-dalam yang berkilau-kilauan dan memiliki daya pensucian atau kuwat kudsiah) yang turun di akhir zaman ini, zaman yang penuh dengan kegelapan dan kerusakan. Beliau turun
bagai Al Amin turun kembali untuk kedua kalinya. Sebelum To Pute Innong Kinnongnge turun secara zahir di Luwu, sudah mulai ada murid-muridnya yang meratakan jalan dan menyiapkan tanah yang lapang serta bangunan Bala Lompoa dan menyiapkan kursi ketujuh setelah enam kursi lain terisi. Kursi ketujuh, adalah untuk
tempat duduknya To Pute Innong Kinnongnge (Nabi Isa bin Maryam yang dijanjikan turun di akhir zaman ini atau Khalifah penerusnya).

Sebagaimana dahulu mereka menerima ajaran Al Amin dalam waktu yang singkat, maka reformasi ajaran Al Amin di akhir zaman ini akan secepat itu pula, Insya Allah Ta’ala.

 

Penulis : Drh Anwar HM Shaleh
Edisi :  04 Oktober 2016

No Responses

Tinggalkan Balasan