Satu Tanda Kebenaran Islam Terbaru Dan Cemerlang

Satu Tanda Kebenaran Islam Terbaru Dan Cemerlang

Masroor Library – Kira-kira 800 tahun lamanya, tepatnya dari tahun 91 H. sampai dengan 898 H. atau 710 M. – 1492 M. bendera Islam yang agung berkibar terus di negeri Spanyol dengan megahnya. Tetapi setelah Granada jatuh, yaitu tatkala raja Granada Abu Abdillah Azzakiyah menyerahkan kunci kerajaan Al Hamra kepada Raja Kristen Ferdinand, maka sinar kejayaan Islam pun mulai surut, sedangkan kekuasaan salib mulai menaik. Kejayaan telah berganti dengan nasib buruk dan kezaliman mulai ditimpakan atas orang-orang Islam di Spanyol, di mana tidak ada kekejaman semisal itu dalam sejarah manapun di dunia ini, seperti apa yang telah diterangkan dengan uraian yang amat memilukkan hati oleh seorang ahli riset kenamaan dari Perancis bernama Mosio Liban Gustav, yang telah menulis dalam sebuah bukunya berjudul Kebudayaan Arab.

Keadaan menjadi begitu memuncak sehingga pada permulaan abad ke 17 Masehi tidak ada seorang Muslim pun dibiarkan hidup di negeri itu dan suara azan yang pada masa dulu selalu berkumandang merdu dari kota-kota Kordoba, Issabela, Tarifah dan Granada menjadi sunyi dan seakan-akan hilang tak terdengar lagi untuk selama-lamanya. Tidak itu saja bahkan banyak lagi mesjid-mesjid telah diruntuhkan dan disamaratakan dengan bumi, malahan tidak terhitung jumlahnya mesjid-mesjid Islam telah dirobah menjadi gereja-gereja dan missi-missi Kristen.

Di dalam hati Hazrat Muslih Mau’ud r.a. telah timbul semangat yang demikian bergejolak untuk membangkitkan kejayaan Islam kembali di negeri Spanyol tersebut, sehingga tatkala pada bulan Maret 1946 seorang Menteri Kerajaan Inggeris untuk wilayah Jazirah India datang ke negeri India untuk menjernihkan kericuhan politik di negeri itu, beliau telah berkata kepadanya sebagai berikut: “Apakah tuan mengira bahwa apa yang menyebabkan kami diusirnya dari negeri Spanyol itu telah kami lupakan? Tidak, sama sekali tidak! Pastilah satu saat nanti kami akan merebut negeri itu kembali. Di tempat mana dulu pedang-pedang kami menjadi tumpul, dari tempat itu pula pedang lidah kami ini akan datang menyerang kembali dan dengan menyampaikan keindahan prinsip-prinsip Islam kami …. akan menjadikan saudara-saudara kami tersebut menjadi bagian dari kami” (Alfazl, 9 April 1946).

Sesuai dengan sabda Huzur r.a. tersebut di atas maka pada tanggal 10 Juni 1946 Mlv. Karim Ilahi Zafar dan Mlv. Muhammad Ishaq Saqi telah menjejakkan kakinya di negeri Spanyol tersebut dan memulai pertablighan Islam di negeri tersebut dan orang-orang berbahagian dan berfitrat baik mulai memasuki Islam.

Tatkala pada tahun 1970 mengadakan Tabligh Tour ke Eropah Hazrat Khalifatul Masih III atba berkunjung pula ke negeri Spanyol. Sejak beliau memulai perjalanan dari London ke negeri Spanyol beliau tidak berhenti berdoa dan membaca salawat dengan perasaan yang amat khusyu. Maka Arasy Illahi pun bergetar dan Rahmat Illahi pun meluap dan sesampai beliau di Granada maka Allah Yang Maha Kuasa mengabulkan doa-doa beliau dan memberikan khabar suka-Nya kepada beliau.

Kejadian yang menyegarkan dan menambah keimanan bagi kita itu diterangkan Huzur atba dengan kata-kata beliau sendiri seperti berikut :

“Semula aku sangat gelisah. Di negeri itu (Spanyol) orang-orang Islam berkuasa tujuh ratus tahun lamanya. Karena kesalahan beberapa Ulama dan pertikaian-pertikaian yang terjadi pada waktu itu, Kejayaan Islam telah terlepas dari tangan mereka. Sehingga akhirnya tidak ada seorang Islam pun di sana. Kita telah memulai pertablighan Islam di negeri itu dengan lembaran yang baru sehingga di sana telah tinggal beberapa keluarga Ahmadi.

“Sesampainya aku di sana fikiranku menjadi amat gelisah. Granada dalam waktu yang amat panjang menjadi ibukota yang besar, di mana banyak dijumpai Perpustakaan-perpustakaan Universitas dan Perguruan Tinggi, di mana Pendeta-pendeta serta padri-padri Kristen menjadi murid-murid dari guru besar Islam, tetapi akhirnya orang-orang Islam telah dihapuskan dari negeri itu, sehingga kejayaan Islam baik secara duniawi maupun rohani, baik secara akhlaq ataupun kebudayaan, semuanya telah hapus dan hilang sirna.

“Ketika akan menuju Granada, hatiku berkata : Satu masa dulu tembok-tembok dan dinding-dinding bangunan di sana memantulkan salawat dan sanjungan serta puji-pujian, tetapi sekarang sebaliknya hanyalah cemoohan serta caci makian belaka yang keluar dari mulut orang-orang. Hatiku menjadi amat pilu. Aku bertekad bahwa seberapa kemampuanku akan mengucapkan salawat dan sanjungan bagi Rasulullah saw. supaya hal itu menjadi penawar dan kafarah. Tetapi Rahmat Illahi tanpa pemberitahuan kepadaku telah merobah kata-kata yang tengah kuucapkan: Kusadari bahwa sesungguhnya aku ini tidak lagi mengucapkan salawat dan zikir, tetapi malahan kata-kata Laa Ilaaha illaa anta dan laa ilaaha illaahu, Yaitu dari mulutku mengalir kalimat tauhid dan keesaan Tuhan.

“Maka kuresapi dan ternyata memang inilah tauhid dan keesaan Tuhan itu. Nabi Besar Muhammad saw. telah diutus oleh Allah swt. semata-mata untuk tujuan menegakkan tauhid ini.

“Keputusan niatku sangat baik yaitu aku harus berdo’a sebanyak-banyaknya, namun Tuhan sendiri yang telah memilih kata-katanya. Adapun maksud zikir itu ialah bahwa Allah itu Tunggal-lebih utama. Hatiku amat bahagia. Allah swt. sendiri yang telah mengobah gerakan lidahku.

“Kami tinggal di Granada selama dua malam. Di malam yang kedua tidurku sangat gelisah, sehingga setiap sepuluh menit tertidur aku terbangun kembali dan aku sibuk berdo’a kembali. Sepanjang malam terus memikirkan hal tadi. Aku tak punya kekayaan, sedangkan bangsa ini bangsa yang sangat kuat. Dari segi materi mereka jauh lebih maju. Kita tidak mempunyai sarana apapun. Bagaimana kita akan mengislamkan mereka ini?

“Maksud diutus Hazrat Masih Mau’ud a.s. ke dunia ini tiada lain adalah untuk mengislamkan manusia di seluruh dunia ini dan kemudian menghimpun mereka serta menjadikan mereka khadim dan hamba sejati dari Nabi Muhammad saw.

“Negeri ini adalah bagian dari alam persada ini, bagaimana caranya untuk dapat mengislamkan mereka. Bagaimana semua ini akan dapat terjadi? Doa serupa itulah yang terus berkecamuk dalam benak fikiranku dan begitulah kulalui sepanjang malam. Beberapa menit kemudian, terbangun lagi. Kemudian sebentar aku tertidur lagi. Begitulah malam itu kulalui.

“Di sana waktu sangat cepat berjalan. Saya kira waktu itu mungkin jam 3 atau setengah empat. Setelah shalat fajar aku berbaring; ketika aku setengah mengantuk dan terlena tiba-tiba lidahku mengucapkan kata-kata berikut:

Terhadap tantangan yang kuhadapi: “Sarana tak punya bagaimana segalanya akan terjadi” datang jawaban bahwa barang siapa yang bertawakal kepada Allah dia tidaklah memerlukan lagi segala sarana yang lain. Cukuplah Allah baginya. Allah swt. yang merencanakan maksud dan rencana-Nya, Dia pastilah akan menyempurnakannya. Oleh karena itu jangan sekali engkau berfikir hal ini tidak mungkin terjadi.

“Ini akan terjadi dan pasti akan terjadi. Sebab hal ini Allah swt. sendiri yang memfirmankannya.

“Maksud dan tujuan diutusnya Hazrat Masih Mau’ud a.s. ke dunia ini tiada lain adalah untuk menghimpun umat manusia di bawah panji Tauhid dan mereka itu akan dihimpun di bawah telapak kaki Nabi Besar Muhammad saw.

“Fikiranku yang kedua dan yang aku berdo’a untuknya ialah “Ya Allah kapankah hal itu semua akan terjadi?”

“Aku pun telah memperoleh jawabannya :

“Allah swt. telah menciptakan segala sesuatu sesuai dengan ukuran dan masa waktunya. Bila waktunya tiba maka akan terjadi dengan sempurna, Engkau tidak perlu memikirkannya. Bila sarana dunia tidak engkau miliki tapi cukuplah Allah bagimu. Dia Maha Sempurna, maka amat damai dan tentramlah rasa hatiku ini” (Al-Fazal, 15 Wafa/Juli 1359 H.S. / 1980 M).

Pada tahun 1970 tidak terlintas dalam fikiran siapa pun bahwa di negeri Spanyol akan diizinkan membangun satu pusat untuk mengagungkan nama Nabi Besar Muhammad saw. dan Tauhid Illahi. Tetapi lihat dan saksikanlah satu keagungan dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Kuasa Yang hidup dan janji-janji-Nya selalu tepat. Dia telah melahirkan keagungan-Nya dan melahirkan satu keadaan secara tiba-tiba, di mana pemimpin-pemimpin masyarakat dan orang-orang yang berhati bersih dan fitrat suci di dalam hati mereka telah tertanam kecintaan terhadap Islam dan orang-orang Islam, sampai pada akhirnya tanggal 13 Desember 1980 Pemerintah Spanyol telah memberi izin untuk pembangunan mesjid dan rumah missi Jema’at di Kordoba, kota yang amat bersejarah itu di mana telah hidup tokoh-tokoh besar pahlawan kemenangan Islam, seperti Abu Umar Ahmad bin Muhammad Qurtubi sebagai ahli Hadits dan ahli sejarah, penyair besar Islam seperti Hazrat Ibnu Zaidun, lalu ulama besar seperti Hazrat Ibnu Harms dan seorang ahli falsafah terkenal seperti Hazrat Ahmad bin Rasyid r.a. Mereka semua telah bersemayam di bumi negeri itu.

Pada tanggal 9 Oktober 1980 yang lalu Hazrat Khalifatul Masih III atba dengan tangan mubaraknya telah meletakan batu pertama untuk pembangunan mesjid tersebut. Dengan demikian kita telah memasuki era baru dan revolusi bagi pembangunan rohani dan tabligh di negeri itu yang merupakan satu tanda kegemilangan Islam yang cemerlang dan hari bahagia Ummat Muslimah tentunya. Marilah kita sama-sama berdo’a semoga di negeri Spanyol gema takbir Illahi yang telah hilang itu dapat didengungkan dan menggema kembali dengan segala keagungan, kegagahan dan kebesarannya, seperti halnya 800 tahun yang lalu selalu bergema dari setiap rumah di negeri itu. Begitu pula semoga ilmu-ilmu Islam yang terbenam di bumi itu dapat dibangkitkan kembali bahkan menjadi pusat ilmu-ilmu Islam, yang akan menerangi penjuru-penjuru bumi mulai dari Moskow sampai ke New York, dan revolusi yang berhasil dengan gemilang ini semoga abadi dan tak berobah-obah lagi untuk selama-lamanya. Amien tsumma Amien. ( Sinar Islam Ihsan 1360 HS/Juni 1981 Oleh : Maulana Dost Muhammad Sy)

No Responses

Tinggalkan Balasan