Masroor Library – Di antara lebih dari 90 buah buku gubahan Imam Zaman Hadhrat Masih Mau’ud AS, risalah Alwasiyat menempati maqom yang sangat tinggi dan kedudukan yang begitu luhur. Buku ini ditulis bulan Desember 1905. Latar belakang penulisan buku ini adalah banyaknya ilham yang turun kepada Hadhrat Masih Mau’ud AS, yang didalam ilham-ilham itu kepada beliau ditampakkan bahwa waktu kewafatan beliau telah dekat. Menerima kabar seperti itu, orang-orang dunia pada umumnya akan menjadi demikian gelisah. Akan tetapi respon dari hamba-hamba Tuhan yang suci sangatlah berbeda. Saat itulah Hadhrat Masih Mau’ud ASmenulis kitab ini. Seraya memberitahukan perihal telah dekatnya kewafatan beliau—berdasarkan ilham-ilham yang beliau terima—kepada anggota jemaat, beliau menenangkan para anggota jemaat bahwasanya mereka tidak perlu khawatir dengan kabar ini karena kita ini beriman kepada Tuhan Yang Maha Hidup yang setiap saat senantiasa hidup, hayyu dan qoyyum.
Ya, untuk menjauhkan kekhawatiran alamiah yang mungkin timbul dalam diri beliau dan para anggota jemaat beliau, serta untuk menegaskan bahwa Allah Ta’ala lah yang telah mengutus Hadrat Masih Aqdas, bahwa Jemaat ini merupakan tanaman yang ditanam dengan tangan kuasa Tuhan yang dalam kondisi apapun akan senantiasa berkembang, merengkuh kemajuan demi kemajuan yang pada akhirnya secara rohani akan menaklukan seluruh dunia, maka Allah Taala yang maha Kuasa dan Maha Perkasa serta Maha Mengetahui telah menganugerahkan dua Kabar gembira agung kepada beliau.
Kabar gembira yang pertama berkenaan dengan akan berdiri tegaknya nizam kepemimpinan ruhani—khilafat—dalam jemaat paska kewafatan beliau, yang mengenai hal itu beliau menerangkannya dengan kalimat Qudrat ats-tsaniyah (Qudrat kedua). Kabar gembira yang kedua berhubungan dengan akan kekalnya kehidupan ruhani dan tentang pendirian nizam wasiyat sebagai sarana untuk kemajuan. Kedua kabar gembira itu beserta penjelasan mengenai perkara-perkara yang berhubungan dengannya telah beliau tulis dalam buku “Al-wasiyat”. Meskipun dari segi ukuran hanya terdiri dari 40 halaman, namun kitab ini dipenuhi dengan uraian-uraian yang sarat dengan keagungan.
Maksud dan tujuan saya [menulis] artikel ini—dengan taufik dari Allah SWT—adalah, mudah-mudahan judul “Keutamaan dan Keagungan Nizam Al-Wasiyat” sedikit menjadi lebih terang dengan [menulis] beberapa penggal penjelasan dari kalimat-kalimat yang tertulis di dalam buku al-Wasiyat [yang dikutip] dibawah ini. Sedapat mungkin sesuai dengan tartib (urutan) uraian yang tertulis dalam Buku [aslinya].
Pada bagian awal sekali Hadhrat Masih Mau’ud AS bersabda :
“Saya pandang tepat untuk menuliskan beberapa penggal nasehat bagi seluruh sahabat-sahabat saya dan semua orang yang berkeinginan memetik faedah dari perkataan-perkataan saya.”
Dari kalimat ini dapat diketahui bahwa Hudhur as. telah menulis buku ini dengan hati yang penuh dengan gelora kecintaan sebagai sebuah nasehat. Secara khusus ditujukan kepada para anggota jemaat yang kepada mereka Hudhur mengingatnya dengan kata-kata yang sarat dengan kasih sayang, yakni kata “Sahabat-sahabat”. seolah pada bagian awal kitab ini tertuju kepada orang yang mencintai dan mendakwakan kecintaannya terhadap Hadhrat Masih Mau’ud AS, namun kemudian cakupan pesan general dari kitab ini melebar kepada orang-orang lain, baik mereka itu anggota jemaat ataupun yang bukan anggota jemaat.
Melalui kalimat itu, secara sambil lalu Hudhur menarik perhatian ke arah ini, yakni hendaklah setiap anggota jemaat senantiasa berupaya keras untuk dapat memetik faedah dari sabda-sabda beliau. Sabda-sabda dan tulisan-tulisan beliau bukanlah tulisan biasa. Di tempat lain, mengenai tulisan-tulisan beliau, beliau sendiri menuliskan kata-kata ini, yang harus senantiasa diingat oleh setiap ahmadi, beliau bersabda :
“Untuk mendukung [perkataan] dari lidah saya, ada lidah lain yang tengah berbicara. Guna memperkuat tangan saya, ada tangan lain yang sedang bekerja. Dunia tidak dapat melihatnya, tetapi aku tengah menyaksikannya. Di dalam diriku Ruh samawi tengah berkata-kata, yang memberikan kehidupan terhadap kata demi kata dan huruf demi huruf yang aku ucapkan”. (Izalah Auham, hal. 403)
“…..Pertama-tama, melalui wahyu muqaddas ini—yang telah mengabarkan perihal kewafatan saya dan telah menggerakan saya untuk [menuliskan nasehat]—saya mengumumkan…”
Dalam kalimat ini, beliau menyinggung tentang latar belakang beliau mengarang buku dan menuliskan nasehat-nasehat beliau. Beliau menyebutkan wahyu bahasa Arab dan bahasa urdu kemudian menulis bahwa wahyu muqaddas ini, yang disatu segi telah mengabarkan perihal kewafatan saya (yang karenanya tentu semua orang akan dirundung kekhawatiran), karena wahyu ini pulalah hati saya tergerak untuk menuliskan beberapa nasehat. Yang dengan itu, bagi orang yang membaca atau mengamalkan nasehat ini bagi mereka akan tercipta kepuasan dan ketentraman hati luar biasa.
“…Kami senantiasa akan menampakkan tanda-tanda yang nyata untuk mendukung kebenaran engkau…”
Dari kalimat ini dapat diketahui bahwa kedua nizam yang akan berdiri tegak karena perintah Allah Ta’ala ini, tidaklah sekedar termasuk sebagai tanda-tanda Allah, melainkan sebagai tanda-tanda nyata yang akan termanifestasi, sehingga dunia akan senantiasa menyaksikan keagungannya. Dan perwujudan dari tanda-tanda itu tidak akan pernah terputus. Nizam Khilafat dan Nizam Wasiyat keduanya akan senantiasa berlangsung. Kemudian jelas pula bahwa kedua tanda ini akan menjadi sarana untuk membuktikan kebenaran Hadhrat Masih Mau’ud AS. Dan untuk keduanya, kebenaran Hadhrat Masih Mau’ud AS akan senantiasa menjadi terang di kemudian hari.
…setelah menyinggung mengenai kabar suka berkenaan dengan akan bedirinya lembaga khilafat di dalam jemaat dan menyebutkan tentang kemajuan jemaat yang sangat menggugah keimanan, [kemudian] berkenaan dengan gerakan al-Wasiyat, beliau bersabda :
“Kepadaku diperlihatkan suatu tempat dan tempat itu diberi nama “Bahesyti Maqbarah”.
Dari kalimat ini, secara qoth’i dapat juga diketahui bahwa nama pekuburan untuk orang yang ikut serta dalam nizam wasiyat adalah “Bahesyti Maqbarah”. Nama ini adalah nama ilhami. Ditilik dari cara Hadhrat Masih Mau’ud AS menyampaikan kalamnya di bagian ini, menjadi teranglah bahwa Allah Ta’ala telah memberikan nama ini untuk tempat yang muqaddas itu, dan ‘lidah’ malaikat telah menyampaikannya kepada beliau.
Mengenai Bahesyti Maqbarah ini beliau bersabda;
“Telah dijelaskan bahwa pekuburan itu adalah pekuburan untuk orang-orang jemaat yang terpilih.”
Dari kalimat ini jelas bahwa ini adalah kabar dari Allah taala yang diberikan kepada beliau bahwa orang-orang mutaqi dan orang pilihan yang akan dikuburkan di dalamnya mereka akan termasuk ke dalam golongan orang-orang suci yang untuk mereka digunakan di sini kata ahli surga. Tentang pokok bahasan ini dalam berbagai corak berulang kali Hadhrat Masih Mau’ud AS telah menerangkannya dalam kitab. Jika semua keterangan-keterangan itu dipandang secara komprehensif, hal ini menjadi sangat jelas bahwa persyaratan-persyaratan nizam wasiyat, yang telah dituliskan oleh Hadhrat Masih Mau’ud AS berdasarkan perintah Allah Taala, orang-orang ahli sorgalah yang dijadikan layak untuk menyempurnakan persyaratan-persyaratan itu. Yakni karunia untuk dikuburkan disana mereka inilah yang akan mendapatkannya. Orang yang tidak memenuhi standar ini dan yang dalam pandangan Allah Taala mereka tidak termasuk sebagai ahli sorga, maka dalam upaya mereka untuk dapat dikuburkan di sana ‘selalunya akan ada halangan yang diletakkan oleh Allah Ta’ala.
Bahesyti Maqbarah yang akan dibangun berdasarkan rekomendasi Nizam Wasiyat ini memiliki keistimewaan, yakni untuk pembangunannya Hadhrat Masih Mau’ud telah memanjatkan doa yang penuh dengan ma’rifat sebanyak 3 kali.
Redaksi dalam doa yang pertama adalah :
“Saya berdoa semoga Allah Taala menganugerahkan berkat di dalamnya dan menjadikannya Bahesyti Maqbarah (pekuburan ahli surga). Dan semoga pekuburan ini menjadi tempat peristirahatan bagi orang-orang yang berhati suci dalam jemaat ini, mereka yang benar-benar mendahulukan agama dari pada dunia, serta melepaskan kecintaan kepada dunia, hidup hanya untuk Tuhan, menciptakan perubahan suci di dalam diri mereka, serta memperlihatkan contoh kesetiaan dan keshadiqan seperti para sahabat Rasulullah saw. Amiin ya robb al-‘alamin.”
Redaksi dari doa yang kedua adalah :
“Kemudian saya berdoa, wahai Tuhan yang Maha Kuasa jadikanlah tanah ini pekuburan bagi orang-orang yang berhati suci di dalam jemaatku, mereka yang benar-benar hidup hanya untuk Engkau, serta tidak mencampuradukkan tujuan-tujuan duniawi dalam usaha-usaha mereka. Amiin ya robb al-‘alamin.”
Dalam doa yang penuh dengan kecintaan ini Hadhrat Masih Mau’ud AS telah menyebutkan beberapa sifat, agar hal ini senantiasa tertanam di dalam benak bahwa sifat hasanah (baik) yang seperti apakah yang pada hakikatnya layak menjadi pewaris bagi doa-doa beliau ini. Kesucian hati, untuk kedua kalinya disebutkan juga dalam doa yang kedua ini. Dari sini dapat diketahui bahwa dalam pandangan Hadhrat Masih Mau’ud AS, kesucian hati merupakan syarat yang mendasar untuk ikut serta dalam nizam wasiyat. Dan untuk menjadi seorang mushi yang sejati, ini merupakan sifat yang utama, hendaklah ia menjadi seorang insan yang berhati suci.
Redaksi dari doa yang ketiga adalah :
“Kemudian untuk ketiga kalinya saya berdoa, Wahai Tuhan Yang Maha Qadir dan Karim, wahai Tuhan Yang Maha Ghofur dan Rahim! Berikanlah tempat di dalam pekuburan ini hanya bagi mereka yang memiliki keimanan sejati terhadap utusan Engkau ini, yang di dalam diri mereka tidak terbersit kemunafikan, tujuan-tujuan pribadi dan buruk sangka, serta mereka yang menempuh jalan keimanan dan keitaatan dengan benar. Mereka yang telah mengorbankan diri mereka untuk Engkau dan di jalan Engkau. Mereka yang Engkau ridhai dan Engkau mengetahui bahwa mereka telah larut seutuhnya dalam kecintaan kepada Engkau. Mereka yang setia kepada utusan Engkau ini dan bersamaan dengan penghormatan serta manifestasi keimanan, mereka juga memiliki ikatan kecintaan dan kesetiaan. Amiin ya robb al-‘alamin.”
Dalam doa ketiga yang penuh dengan kepedihan hati ini pun beliau menyebutkan kembali beberapa sifat yang luar biasa, sifat-sifat yang sangat diperlukan bagi seorang mushi untuk dapat menjadi seorang mushi sejati dalam pandangan Tuhan.
Jika sifat-sifat ini ditinjau secara keseluruhan, maka menjadi sangat jelaslah bahwa kesucian hati yang telah beliau singgung dalam dua doa sebelumnya, seolah merupakan anak tangga yang harus dilalui untuk sampai pada maqom ‘kebaikan’ hati. Tanpa meniti jalan itu konsepsi tentang kesucian jiwa tidak akan bisa diejawantahkan.
Hal ini pun patut untuk diperhatikan, bahwa berkenaan dengan Bahesyti Maqbarah, untuk orang yang bernasib baik dapat dikuburkan di sana Hadhrat Masih Mau’ud AS telah memanjatkan doa yang penuh dengan kepedihan dan rintihan sebanyak tiga kali. Hal ini merupakan suatu hal yang luar biasa yang menerangkan tentang seluruh keutamaan dan keagungan nizam wasiyat. Pada setiap akhir dari ketiga doa tersebut dengan sangat teratur beliau menuliskan ‘amin ya robb al-‘alamin’. Inipun merupakan suatu hal yang istimewa yang mengisyaratkan bahwa keseluruhan nizam wasiyat berjalan dengan isyarat dan perintah dari Tuhan semesta alam, dan pondasi-pondasinya tengah ditegakkan melalui doa-doa yang dibalut dengan kerendahan diri dihadapan singgasana Sang Rabb al-‘alamin itu.
Tiga kali doa yang dipanjatkan Hadrat Masih Mau’ud AS hendaklah juga ditinjau dari sudut pandang ini, yaitu dalam doa-doa tersebut beliau meyebutkan sifat-sifat yang ingin beliau lihat dalam diri seorang mushi, sifat-sifat yang sebenarnya merupakan syarat untuk patut atau tidaknya seseorang menjadi mushi. Jika sejak awal sifat-sifat ini tidak terdapat di dalam diri seorang mushi, maka ia harus benar-benar mencamkan pesan ini bahwa inilah sifat-sifat yang harus dia ingat sebagai mottonya, dan dengan penuh kejujuran hendaklah ia berusaha keras untuk membentuk sifat-sifat ini di dalam dirinya.
Berkenaan denga Bahesyti Maqbarah beliau bersabda :
“Mengenai pekuburan ini, saya mendapatkan kabar gembira yang sangat agung. Tuhan tidak hanya berfirman bahwa pekuburan ini adalah pekuburan surgawi, melainkan Ia berfirman juga bahwa ‘unjila fiihaa kullu rohmatin’ yakni segala macam rahmat diturunkan didalamnya. Tidak ada suatu rahmatpun yang tidak menjadi bagian bagi para penghuninya.”
Dari sabda beliau ini dapat diketahui bahwa nama Bahesyti maqbarah ini Tuhan sendiri yang telah menamainya dan mengenai hal ini diberikan “kabar gembira yang sangat agung” serta “segala jenis rahmat” diturunkan di dalamnya, semua hal ini merupakan bukti yang kuat mengenai ketinggian dan keluhuran maqom Bahesyti Maqbarah ini serta kedudukannya sebagai tempat turunnya nur ilahi. Juga menjadi saksi atas keagungannya. Sebab itulah lebih jauh beliau menulis bahwa sebagai hasil dari wahyu, beliau telah menetapkan tiga persyaratan pokok [bagi seseorang] agar bisa dikuburkan di pekuburan ini—bahesyti maqbarah. Yaitu :
1. Pembayaran sejumlah uang sebagai syarat awal yang seolah sebagai anak tangga/tahap pertama dari infaq fi sabilillah.
2. Pembayaran 1/10 dari harta kekayaan yang merupakan anak tangga/tahapan istimewa dalam infaq fi sabilillah
3. Mengenai syarat ketiga beliau menerangkan bahwa orang yang akan dikuburkan haruslah seorang mutaqi dan orang yang menjauhi perkara-perkara yang diharamkan serta tidak melakukan perbuatan-perbuatan syirik dan bid’ah. Orang mulsim yang sejati dan suci. Ini merupakan syarat yang paling utama dan berkait kelindan dengan seluruh kehidupan seorang mushi.
Berkenaan dengan nizam wasiyat beliau bersabda :
“Janganlah beranggapan bahwa [nizam] ini hanyalah muncul dari khayalan yang jauh. Ini adalah iradah Sang Maha Qadir yang merupakan Raja langit dan raja bumi.”
Dari kata-kata yang penuh dengan tekanan dan kesatuan ini gambaran mengenai keagungan dan kebesaran nizam wasiyat terlihat oleh mata kita. Kalimat-kalimat ini terbit dari kalam Hadhrat Masih Mau’ud AS nan berberkat ketika beliau meletakkan pondasi nizam yang suci ini. Saat ini, setelah genap 100 tahun, secara khusus pada masa kekhalifahan yang kelima. Setelah menyaksikan perkembangan nizam alwasiyat ini ke seluruh dunia, maka mata kita dipenuhsesaki dengan puji sanjung terhadap Allah SWT.
Guna mengetahui keagungan dan manfaat dari nizam wasiyat, kalimat-kalimat berikut ini juga penting untuk direnungkan :
“Dalam menuliskan wasiyat, yang harta kekayaannya akan memberikan pertolongan untuk selamanya, ganjarannyapun akan kekal dan akan termasuk ke dalam hukum khairat Jariyah ( kebaikan yang akan senantiasa mengalir)”
Di dalam sabda ini terdapat kebar gembira yang tegas bagi setiap mushi bahwa ia berhak mendapat ganjaran yang kekal dan pengorbanannya akan menjadi demikian, yaitu akan menjadi faktor pengantar ganjaran baginya dan sebagai shadaqoh jariyah yang pancaran berkatnya pun tidak akan pernah berakhir.
Berkenaan dengan Bahesyti Maqbarah yang akan dibangun berdasarkan rekomendasi dari nizam wasiyat, beliau bersabda :
“Merupakan iradah Allah Taala, bahwa hendaknya orang-orang yang memiliki kesempurnaan iman dimakankan disatu tempat. Agar keturunan-keturunanya, setelah mereka melihatnya di satu tempat, iman mereka menjadi segar. Dan agar jasa-jasa mereka, yakni pekerjaan-pekerjaan agama yang telah mereka lakukan demi Allah Taala, dapat senantiasa dzahir kepada khalayak.”
Kalimat yang penuh dengan ma’rifat ini memperjelas akan tujuan agung dari pembangunan Bahesyti Maqbarah. Bagi setiap mushi yang mendakwakan diri sebagai orang yang telah memiliki kesempurnaan iman, bagi mereka kalimat ini menghadirkan suatu kabar gembira bahwa dengan dikubur di Bahesyti Maqbarah, maka wujud mereka akan menjadi faktor pemicu untuk melakukan kebaikan bagi keturunan-keturunan yang akan datang kemudian hari. Demikianlah, orang-orang yang mendapat taufik untuk melakukan kebaikan setelah melihat contoh kebaikan yang ditampilkannya, mereka akan berdoa untuk para mushi tersebut dan almarhum mushi tersebut akan senantiasa mendapatkan ganjaran dari hadirat Allah SWT, sesuai dengan “ad dallu ‘ala al-khoiri kafaa ‘ilihi”.
Perhatikanlah salah satu doa Hadhrat Masih Mau’ud AS yang lain dalam kalimat-kalimat berikut ini :
“Pada akhirnya kita berdoa, semoga Allah SWT menolong setiap orang muslih dalam pekerjaan ini, semoga Ia menambah gelora keimanan dalam diri mereka, dan menjadikanya husnul khotimah. Amin.
Dari tulisan penuh berkat sosok Hadhrat Masih Mau’ud AS yang rendah hati ini, [pengunaan] kata “kami” berkenaan dengan diri beliau, merupakan satu contoh yang sangat unik. Nampak jelas bahwa dibelakang pemakaian kata itu bukanlah diri beliau sendiri, melainkan di dalam hati beliau yang suci terdapart ‘pandangan’ Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa, yang merupakan Raja langit dan Raja bumi, yang dengan iradah dan izin-Nya nizam wasiyat ini tengah berlangsung sebagaimana telah disinggung di bagian atas, berdasarkan salah satu referensi.
Pada salah satu kalimat, Hadhrat Masih Mau’ud AS dengan kecintaan yang besar dan kasih yang sempurna telah melimpahi setiap mushi dengan kekayaan berupa tiga buah doa yang sangat lengkap. Semoga Allah SWT senantiasa menganugerahi setiap mushi dengan harta kekayaan serupa ini.
Mengenai Bahesyti Maqbarah, beliau bersabda :
“Tidak ada orang bodoh dapat beranggapan bahwa pekuburan ini beserta pengaturannya sebagai termasuk ke dalam bid’ah, karena pengaturan [dibuat] berdasarkan wahyu Ilahi dan tidak ada campur tangan manusia di dalamnya.”
Kalimat yang padat ini cukup untuk menjauhkan keragu-raguan dan prasangka buruk orang-orang bodoh yang menganggap bahwa keseluruhan nizam ini digulirkan karena ada tujuan-tujuan pribadi, untuk menimbun harta kekayaan, dan dipandang sebagai bid’ah di dalam agama.
Buktinya adalah, keseluruhan nizam ini berlandaskan pada wahyu Ilahi dan tidak ada pemikiran serta rancangan strategi manusia masuk di dalamnya. Bukti lain mengenai hal ini adalah, dalam penjelasan Hadhrat Masih Mau’ud AS mengenai tiga syarat bolehnya seseorang dikuburkan di Bahesti Maqbarah disebutkan bahwa orang yang akan dikuburkan tidak melakukan perbuatan syirik dan bid’ah. Jelaslah, bagaimana mungkin nizam yang menolak orang-orang yang berbuat bid’ah itu sendiri dapat dikatakan berlandaskan pada bid’ah?
Kalimat-kalimat pokok berkenaan dengan Bahesyti Maqbarah di bawah ini juga penting untuk direnungkan “
“Janganlah ada yang beranggapan bahwa bagaimana bisa dengan hanya dikuburkan di pekuburan ini lantas seseorang bisa menjadi ahli surga? Karena maksudnya bukanlah ini, yakni tanah ini akan menjadikan seseorang sebagai ahli surga, melainkan arti dari Kalam Tuhan itu adalah hanya para ahli sorgalah yang akan dikuburkan di dalamnya.”
Jika ditinjau dari perspektif lain, maka kalimat-kalimat di atas sangat memadai untuk membuat setiap mushi senantiasa sadar setiap saat bahwa hendaklah mereka selalu merenungkan seluruh syarat wasiyat dan menjalani kehidupan sesuai dengan itu, serta dengan taufik dari Allah Ta’ala hendaknya ia berusaha meraih maqom yang pada maqom itu ia sendiri ditetapkah sebagai ahli sorga dalam pandangan Allah SWT. Barulah ia akan memperoleh nasib baik dapat dikuburkan di Bahesty Maqbarah.
Mengenai syarat-syarat penguburan, beliau bersabda :
“Haruslah setiap orang yang ikut dalam wasiyat mengikuti/mengamalkan hukum-hukum Islam sejauh batas kemampuannya. Dan ia menjadi orang yang berusaha keras dalam perkara-perkara ketakwaan dan kesucian, menjadi seorang muslim yang mengenal Allah, dan menjadi seseorang yang memiliki keimanan sejati kepada Rasul, dan juga tidak menjadi perampas hak-hak makhluk.”
Kalimat-kalimat ini juga meletakkan suatu pondasi yang sangan penting. Hendaklah hal ini senantiasa menjadi perhatian setiap mushi. Ini merupakan perkara yang dengannya manusia bisa menghisab/mengevaluasi amal perbuatannya.
Pengeluaran apakah yang akan dibiayai dengan uang/harta kekayaan yang dikumpulkan melalui nizam wasiyat? Beliau bersabda :
“Anjuman, dimana uang ini akan ada dalam wewenangnya, tidak memiliki hak untuk membelanjakan uang ini untuk suatu tujuan lain selain untuk tujuan-tujuan Jemaat Ahmadiyah. Dan di antara tujuan-tujuan itu, penyebaran Islam adalah yang paling utama.”
Dengan satu kalimat ini, keseluruhan tujuan pokok dari nizam wasiyat dijelaskan dengan sangat indah. Nizam wasiyat ini bukan sekedar untuk mengumpulkan harta kekayaan sebagaimana anggapan sebagian orang-orang bodoh, melainkan hanya dan hanya untuk tujuan-tujuan agung yang merupakan tujuan-tujuan jemaat yang mulia ini. Bersamaan dengan uraian ini, dijelaskan pula bahwa di antara tujuan-tujuan itu, yang paling utama adalah penyebaran Islam. Dengan ini telah pula dijelaskan bahwa antara tujuan-tujuan jemaat dan penyebaran Islam tidak ada perbedaan. Sebenarnya ini merupakan dua nama [berbeda] dari satu hal yang sama. Penjelasan lain adalah pengeluaran terbaik bagi harta/uang wasiyat ini adalah untuk penyebaran Islam.
Dalam silsilah nizam wasiyat, kalimat di bawah ini juga penting untuk direnungkan :
“Jika ada seseorang yang ditolak karena suatu wahyu khusus, maka meskipun ia memberikan harta wasiyat ia tidak akan dimasukan di pekuburan ini.”
Dengan kalimat ini, dijelaskan satu kali bahwa tujuan dari nizam wasiyat ini bukanlah untuk menimbun harta kekayaan dan tidak pula seseorang dapat memperoleh hak untuk masuk dalam Bahesyti Maqbarah yang berberkat ini [hanya] karena kekuatan harta kekayaannya. Syarat utama dan mendasar adalah standar ketakwaan yang tinggi. Dikarenakan keseluruhan nizam wasiyat ini berlandaskan pada wahyu Ilahi oleh karena itu seandainya ada orang yang ditolak melalui wahyu Ilahi maka dalam corak apapun ia tidak akan menjadi bagian dari nizam ini, berapa besarpun ia mempersembahkan harta kekayaannya.
Apa yang dikehendaki Allah Ta’ala dengan keseluruhan nizam wasiyat ini? Beliau bersabda :
“Dan kami sendiri merasakan, bahwa barang siapa yang setelah mengetahui tentang nizam Ilahi ini lalu tanpa menunggu lama ia larut dalam pikiran ini, bahwa kami akan memberikan seper sepuluh bagian dari harta kami di jalan Allah seluruhnya, bahkan memperlihatkan semangat untuk membayar lebih dari itu, maka dengan begitu ia telah memberi cap akan keimanannya.”
Kalimat ini adalah kalimat yang menjadikan orang-orang Ahmadi menjadi siapa siaga dan sadar. Dengan jelas beliau bersabda bahwa tujuan didirikannya nizam wasiyat adalah untuk menegakkan dan memperlihatkan perbedaan di antara orang mukmin dan orang munafik. Seolah menetapkan salah satu standar keimanan seorang Ahmadi, dan salah satu keagungan orang-orang Ahmadi adalah bahwa setelah dia mengetahui tentang nizam Ilahi ini, ia tidak tertinggal untuk ikut serta di dalamnya, bahkan beliau bersabda bahwa orang Ahmadi yang sesegera mungkin ikut serta di dalamnya maka ia telah membuktikan pendakwaan keimanannya dengan amalan nyata. Setelah membaca kalimat yang penuh dengan penekanan tersebut hendaklah setiap Ahmadi merenungi bahwa termasuk ke dalam golongan orang macam apakah dirinya.
Beliau menjelaskah pokok bahasan ini dengan sebuah cara lain, beliau bersabda :
“Pada tiap-tiap zaman Dia menghendaki untuk memperlihatkan perbedaan di antara kebaikan dan keburukan oleh karena itu, pada masa ini, itulah juga yang Dia lakukan.”
Dari kalimat ini dengan jelas disabdakan bahwa Nizam Wasiyat adalah sebagai ujian dari Allah Ta’ala untuk zaman sekarang ini. Barang siapa yang dengan sempurna melewati ujian ini makan dialah yang dalam pandangan Allah Ta’ala merupakan seorang mukmin sejati. Dialah orang yang akan ditetapkan sebagai toyyib yang Allah Ta’ala menganugerahinya dengan kecintaan-Nya. Hendaknya kalimat yang penuh penekanan ini pun memadai bagi seorang Ahmadi sejati untuk menjadikan dirinya siap sedia ikut serta dalam silsilah nizam yang penuh berkat ini.
Hadhrat Masih Mau’ud AS berulang kali telah memberikan penekanan berkenaan dengan keikutsertaan di dalam nizam wasiyat yang penuh berkat ini. Suatu ketika beliau bersabda :
“Kami sendiri merasakan bahwa dengan ujian saat ini pun orang-orang mukhlis berderajat tinggi yang secara hakiki telah mendahulukan agama dari pada dunia, mereka akan dibedakan dari orang-orang lain. Dan akan terbukti bahwa mereka telah menunjukkan dan menyempurnakan ikrar bai’atnya. Dan telah memperlihatkan kesahdikannya. Tak diragukan lagi bahwa nizam ini akan sangat memberatkan bagi orang yang munafik dan ia akan menutup diri dari [mengikuti] nya.”
Belilau bersabda dengan kata-kata yang sangat jelas dalam menetapkan nizam wasiyat sebagai ujian untuk masa sekarang ini. Sesungguhnya orang-orang yang akan ikut serta dalam nizam ini adalah orang yang mendahulukan agama dari pada dunia. Hal inipun akan menjadi saksi atas kebenaran janji bai’at mereka. Kemudian beliau bersabda dengan kata-kata yang amat jelas dan lugas bahwa dengan ujian ini, kemunafikan orang-orang yang munafik akan nampak jelas muncul ke permukaan dan demikianlah semua orang akan mengetahuinya. Saya yakin, setelah membaca kata-kata itu dengan penuh perenungan, tidak akan ada orang Ahmadi yang tertinggal dari mengikuti nizam yang penuh berkan ini.
Apakah ganjaran/balasan yang akan didapatkan oleh orang mukhlis yang mengucapkan labbaik terhadap seruan Imam Zaman Hadhrat Masih Mau’ud AS, kemudian ikut serta dalam nizam ini?
Berkenaan dengan hal ini, beliau bersabda :
“Orang-orang yang berlomba-lomba dalam [mengikuti] program ini, mereka akan termasuk di antara orang-orang yang bertakwa dan kepada mereka akan turun rahmat Tuhan untuk selamanya.”
Lebih jauh beliau bersabda bahwa orang-orang ini akan termasuk orang-orang yang secara hakiki meninggalkan keduniawian, yaitu orang yang :
“Membuktikan bahwa betapa mereka telah mengamalkan perintah-perintah saya. Dalam pandangan Tuhan, mereka itulah orang-orang mukmin dan mereka akan ditulis sebagai sabiqunal awwaliin di dalam daftar catatan-Nya.”
Betapa kata-kata ini mengandung kabar gembira mengenai ganjaran/nikmat sehingga sebenar-benarnya orang Ahmadi hendaklah segera tersadar dan menjadi siap sedia. Dan untuk mendapatkan karunia Allah Taala ini hendaklah dengan segera ikut serta dalam nizam wasiyat yang penuh berkat ini. Kelalaian pada saat sekarang ini akan menawarkan kerugian yang sangat besar.
Mengenai keberkatan-keberkatan masuk dalam nizam ini, dengan kalimat yang sangat singkat beliau bersabda, bahwa ambil bagianlah dalam silsilah nizam ini, maka :
“Kalian akan mendapatkan kehidupan sorgawi”
Seolah janji tentang surga yang akan diberikan itu bukanlah sesuatu yang lain, melainkan dengan ikut serta dalam nizam ini maka mereka akan mendapatkan kehidupan surgawi di dunia ini juga. Quran karim menjelaskan kepada kita bahwa jika seseorang tidak merasakan manisnya sorga dalam kehidupan di dunia ini, maka ia akan diangkat ke akhirat tanpa mendapatkan bagian dari nikmat itu. Apakah mungkin akan ada orang yang meskipun ia mengetahui hal ini kemudian tidak memiliki keinginan untuk mendapakn kehidupan surgawi di dalam dunia ini juga? Siapakah orang malang yang senang untuk mahrum dari nikmat ini? Mudah-mudahan tidak ada orang yang seperti itu.
Sejauh yang mungkin dilakukan, disamping menjelaskan berkat-berkat dan keutamaan nizam wasiyat ini, beliaupun telah memberikan penekanan untuk keikutsertaan di dalamnya serta dengan sempurna dan benar beliau telah menyampaikan nesehat itu. Fa jaza hu llohu ahsanal jaza. Beliau telah menjelaskan hal ini dengan penuh kecintaan dan kepedihan hati.
Pada bagian akhir kitab ini beliau menulis :
“Sangat banyak orang demikian, yaitu yang tenggelam dalam kecintaan terhadap dunia lantas menghindari perintah saya akan tetapi mereka akan dipisahkan dari dunia ini dan di waktu akhir mereka akan mengatakan : Hadza maa wa ‘ada al-rohmaanu wa shodaqo al-mursaliin (Ya Siin : 53). Dan keselamatan bagi mereka yang mengikuti petunjuk.”
Betapa beliau memperlihatkan kesedihan dan keperihan atas orang-orang yang kendati mereka telah bai’at di tangan Imam Zaman yang berberkat, namun mereka menghindari perintah-perintah yang ditekankannya. Semoga Allah menjadikan demikian, yaitu tidak ada seorang Ahmadipun yang bernasib buruk seperti itu. Semoga Allah Ta’ala menganugerahkan taufik dan karunia kepada kita untuk dapat ikut serta dalam nizam yang penuh berkat ini seraya memahami apa yang dikehendaki oleh Hadhrat masih Mau’ud AS dari diri kita semua. Amin.
Penulis : Ataul Mujib Rasyid, London
Terjemah : Ataul Ghalib YH
No Responses