Darsul Quran No.155 Tanggal 2 Maret 1995 oleh Hadhrat Khalifatul Masih IV, Mirza Tahir Ahmad RH | Bagian 1

Darsul Quran No.155 Tanggal 2 Maret 1995 oleh Hadhrat Khalifatul Masih IV, Mirza Tahir Ahmad RH | Bagian 1

Kemudian Tuhan menyatakan اللَّهُ الصَّمَدُ Allah itu ash-Shamad (Yang menjadi sumber ketergantungan tapi Dia tidak bergantung pada selain-Nya). Seperti yang telah saya sebutkan berkali-kali sebelumnya, kata ash-Shamad merujuk pada bagian gunung itu; atau kata Shamd, huruf Arab “Mim’ memiliki Jazm (sukun) di atasnya; jika semuanya tenggelam di bawah air, bagian gunung yang akan tetap tinggi, kokoh, dan stabil di atas permukaan air disebut dengan kata Shamd. Dan semua hewan, burung dan sebagainya berlindung di sana. Apa pun yang tidak berada di bawah perlindungannya tidak dapat melindungi dirinya dari bahaya di sekitarnya. Jadi, inilah istilah yang termasuk dalam kata Ash-Shamad dengan cara yang berbeda.

Di antara berbagai arti kata Ash-Shamad, arti utama yang disebutkan oleh para ahli tafsir dan leksikograf berbeda adalah tentang seorang kepala suku yang berpangkat tinggi dan di atas semua orang seperti puncak gunung di atas segalanya. Arti lain kata Ash-Shamad yang telah mereka sebutkan adalah, sesuatu Dzat yang dari-Nya seseorang meminta sesuatu, sesuatu Dzat yang didekati untuk sesuatu pada saat dibutuhkan tetapi Dia itu sendiri tidak pergi kepada orang lain pada saat dibutuhkan, juga Dia tidak merasa perlu.

Makna lain ash-Shamad adalah, eksistensi (keberadaan) yang melaluinya seseorang dapat mencapai kehidupan abadi dengan mengembangkan afinitas (persamaan, daya gabung) dengannya dan jika afinitas itu berkurang, hubungan itu akan lenyap. Persis seperti tali yang memiliki manik-manik mengancam ke dalamnya; jika seseorang memotong tali itu, tali itu akan putus dan manik-maniknya akan jatuh. Jadi, Ash-Shamad mengacu pada Wujud yang menjadi tempat melekat semua ciptaan. Alasan mengapa hal ini perlu dikatakan adalah karena, dengan mengatakan Al-Ahad, gagasan adanya hal lain telah sepenuhnya ditiadakan. Jika tidak ada yang lain, apakah kita ini?

Lihatlah orang-orang ini yang wajahnya seperti peri!

Lihatlah bujukan, gaya dan pesona mereka!

Pemikiran puitis yang muncul di benak seseorang, ini adalah sesuatu yang wajar. Jawabannya adalah jika Anda memiliki kedekatan dengan makhluk itu, hanya dengan begitu Anda dianggap layak atau memiliki arti penting. Jika tidak ada kedekatan, Anda bukan siapa-siapa. Jadi, pada saat segala sesuatu tenggelam di bawah air dan hanya satu yang tetap bertahan, pada saat seperti itu, satu saja yang tidak dirugikan dengan cara apa pun oleh pemisahannya dengan yang lainnya. Jika lingkungan sekitar benar-benar tenggelam di bawah air dan satu puncak gunung yang juga disebut sebagai Ash-Shamd tetap sendirian di atas permukaan air, maka tidak ada rasa kehilangan apapun pada-Nya. Jika sesuatu itu memiliki kehidupan dan mengandung kesadaran, maka ia bisa merasakan kesedihan mereka tetapi bukan kehilangan mereka karena apakah hal-hal itu tetap atau tidak, itu tidak ada hubungannya dengan keberadaan atau rezekinya satu hal yang itu sendiri. Tetapi jika satu yang bertahan lenyap (berhenti ada), maka tidak ada lagi yang tersisa karena kapan pun mereka menghadapi bahaya atau kesulitan, mereka akan musnah. Jadi, perlu untuk mengatakan Ash-Shamad dalam hal ini juga.

Penerjemah: Mln. Dildar Ahmad Dartono

No Responses

Tinggalkan Balasan